Faktual.Net, Kendari, Sultra. Perwakilan dari Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) dan pemerintah Sulawesi Tenggara bertemu pada Senin, 18/3/2019 di Kendari untuk menegaskan kembali komitmen bersama guna membangun ketangguhan masyarakat dan mengelola risiko iklim dan bencana.
Pelaksana Tugas Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Sulawesi Tenggara (Sultra) J. Robert, Direktur Adaptasi Perubahan Iklim dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Sri Tantri Arundhati, bersama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan perwakilan dari pemerintah daerah bertemu dengan USAID untuk membicarakan upaya-upaya untuk memperkuat kemitraan saat ini.
Pada pertemuan kali ini kedua belah pihak turut menyoroti capain hasil kerja sama antara keduanya yakni pemerintah Sultra dan pemerintah Amerika Serikat (AS) melalui proyek USAID Adaptasi Perubahan Iklim dan Ketangguhan (APIK) yang telah bekerja di dua daerah yakni Kota Kendari dan Kabupaten Konawe Selatan sejak 2016.
“Tahun ini menandai peringatan 70 tahun kemitraan antara Amerika Serikat dan Indonesia. Amerika Serikat dengan bangga terus mendukung Indonesia dalam membangun ketangguhan terhadap bencana yang disebabkan oleh cuaca ekstrem dan dampak perubahan iklim lainnya,” kata Director Environment Office USAID, Matthew Burton.
“Di Sultra, kerja sama ini semakin kuat dengan melibatkan masyarakat dan sektor swasta, sehingga penggunaan sistem informasi yang ada dan baru dapat lebih maksimal, sekaligus melindungi mata pencaharian masyarakat”, tambahnya.
USAID APIK bekerja bahu-membahu dengan pemerintah daerah di Sultra untuk mengarusutamakan dan mengintegrasikan aksi ketangguhan iklim dan bencana ke dalam kebijakan dan perencanaan pembangunan. Upaya ini akan membantu isu tersebut diprioritaskan untuk diimplementasi dan mendorong replikasi di wilayah lain.
“Kami menghargai dukungan dari proyek APIK dalam memfasilitasi masyarakat agar lebih tangguh ketika menghadapi risiko iklim dan bencana. Membangun ketangguhan masyarakat adalah prioritas kami, dan sekarang kami sedang dalam proses mengintegrasikan perubahan iklim dan aksi adaptasi ke dalam rencana pembangunan, dan oleh karena itu, kami harap dapat memperkuat kemitraan dengan pemerintah AS untuk bekerja sama di masa mendatang, ”kata J. Robert.
USAID menegaskan kembali komitmennya untuk membantu pemerintah Indonesia terkhusus pemerintah Sultra dan sektor swasta untuk membangun ketangguhan masyarakat dalam menghadapi tantangan akibat cuaca ekstrem.
Sultra rentan terhadap bencana hidro-meteorologi seperti banjir, tanah longsor, kekeringan, angin puting beliung, dan gelombang ekstrem. Dalam mendukung masyarakat untuk lebih tangguh terhadap bencana, USAID APIK bekerja sama dengan pemerintah dan masyarakat setempat untuk melakukan kajian kerentanan dan mengimplementasikan kegiatan untuk membantu masyarakat beradaptasi dengan perubahan iklim. Ini termasuk menanam bakau di Desa Awunio, Konawe Selatan; mendirikan bank sampah di Kampung Salo, Kota Kendari; menyusun rencana darurat banjir di Kendari; dan memfasilitasi berdirinya kelompok siaga bencana di seluruh wilayah kerja APIK.
Selain itu, USAID APIK bermitra dengan perusahaan swasta untuk mempromosikan metode pertanian cerdas iklim yang memberikan pengetahuan cuaca dan iklim bagi petani jagung dan kakao untuk memperbaiki praktik pertanian. Hingga kini, petani yang mempraktikkan pertanian cerdas iklim telah mengalami peningkatan hasil panen yang signifikan. Misalnya, produksi jagung dari petak percontohan (demonstration plot) Sekolah Lapangan Iklim di Konawe Selatan mencapai lebih dari 8 ton per hektar, jauh lebih besar dari rata-rata produksi lokal yaitu 3 ton per hektar.
Untuk diketahui bahwa Adaptasi Perubahan Iklim dan Ketangguhan (APIK) merupakan program berdurasi lima tahun dari Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) untuk membantu Indonesia mengelola risiko bencana dan iklim. APIK bekerja memperkuat kapasitas Pemerintah Indonesia di tingkat nasional, provinsi, hingga tingkat lokal. Dengan menggunakan pendekatan lanskap, APIK juga bekerja langsung dengan masyarakat dan sektor bisnis agar secara proaktif mengelola risiko, serta meningkatkan kapasitas para pemangku kepentingan untuk mengakses, memahami, dan mengomunikasikan informasi iklim.
Reporter : Aco Rahman Ismail