Faktual.Net, Kendari. Terdapat dua pendapat dalam masalah ini :
Pendapat Pertama, hingga jelas waktu fajar.
Hal ini dengan menyebarnya cahaya di jalan-jalan dan di rumah-rumah. Tidak cukup dengan awal munculnya fajar sidiq.
Ini adalah pendapat sekelompok sahabat, sekelompok dari tabi’in dan Ishaq bin Rahawaih. Dalil mereka ;
🔖 Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Zirr bin Hubaisy رضي الله عنه, dia berkata ;
قلت لحذيفة أي ساعة تسحرتم مع رسول الله صلى الله عليه وسلم قال هو النهار إلا أن الشمس لم تطلع
“Aku bertanya kepada Hudzaifah Ibnul Yaman رضي الله عنه, ‘Kapan kalian bersahur bersama Rasulullah ﷺ? (Hudzaifah Ibnul Yaman) menjawab,’ di siang hari, hanya saja matahari belum terbit’.”
Dalam satu riwayat Imam Ahmad juga Zirr bin Hubaisy رضي الله عنه berkata,
تسحرت ثم انطلقت إلى المسجد فمررت بمنزل حذيفة بن اليمان فدخلت عليه فأمر بلقحة فحلبت وبقدر فشخنت ثم قال ادن فكل فقلت إني أريد الصوم فقال وأنا أريد الصوم فأكلنا وشربنا ثم أتينا المسجد فأقيمت الصلاة ثم قال حذيفة هكذا فعل بي رسول الله صلى الله عليه وسلم قلت أبعد الصبح قال نعم هو الصبح غير أن لم تطلع الشمس
“Aku makan sahur kemudian aku pergi ke masjid. Aku melewati rumah Hudzaifah Ibnul Yaman رضي الله عنه, aku masuk kemudian ia meminta unta perahan, lalu dimasak dalam tungku. Ia (Hudzaifah Ibnul Yaman) berkata, ‘Mendekatlah, lalu makanlah.’ Aku (Zirr) berkata, aku ingin berpuasa.’ Ia (Hudzaifah Ibnul Yaman) berkata, ‘Aku juga ingin berpuasa.’ Lalu kami pun makan dan minum. Setelah itu, kami pergi ke masjid, shalat pun diiqomati. Kemudian Hudzaifah Ibnul Yaman رضي الله عنه berkata, ‘Seperti itulah yang Rasulullah ﷺ lakukan bersamaku.’ Aku (Zirr) berkata, ‘Setelah subuh?’ Hudzaifah Ibnul Yaman رضي الله عنه berkata, ‘Ya, itulah subuh. Hanya saja matahari belum terbit.’.”
Hadits ini dari jalan Ashim dari Zirr. Dan Ashim telah diselisihi oleh Ady bin Tsabit. Dalam riwayat Ady bin Tsabit tidak ada tambahan lafal, “Di siang hari hanya saja matahari belum terbit.” Dan Ady bin Tsabit lebih kuat daripada Ashim, maka tambahan dalam riwayat Ashim dhaif (lemah).
🔖 Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dalam (Al-Marasil : 98) dan Abdurrazzaq dalam (Al-Mushannaf : 4/231) dari Hakim bin Jabir, dia berkata ;
جاء بلال إلى النبي صلى الله عليه وسلم وهو يتسحر فقال الصلاة يا رسول الله ثم ذهب ثم رجع فقال يا رسول الله قد والله أصبحت فقال النبي صلى الله عليه وسلم يرحم الله بلالا لولا بلال لرجونا أن يرخص لنا حتى تطلع الشمس
“Bilal رضي الله عنه datang kepada Nabi ﷺ tatkala beliau sedang makan sahur. Lalu dia berkata, ‘Shalat wahai Rasulullah.’ Kemudian pergi dan kembali, lalu berkata, ‘Wahai Rasulullah, demi Allah telah masuk waktu subuh.’ Maka Nabi ﷺ bersabda, ‘Semoga Allah merahmati Bilal, seandainya bukan karena Bilal sungguh kami mengharap untuk diperbolehkan bagi kita (makan sahur) hingga terbit matahari.”
Hadits ini adalah hadits dhaif karena mursal.
🔖 Hadits riwayat Imam Ahmad, Abu Dawud dan At-Tirmidzi dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albaniy dari Qais bin Talq bin Ali dari bapaknya, Nabi ﷺ bersabda,
كلوا واشربوا ولا يهيدنكم الساطع المصعد فكلوا واشربوا حتى يعترض لكم الأحمر
“Makan dan minumlah. Dan janganlah menghalangi kalian dari sinar yang tinggi (yakni, terangnya fajar kadzib). Makan dan minumlah hingga nampak bagi kalian warna merah.”
🔖 Hadits riwayat Imam Ahmad dan Abu Dawud dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albaniy dari Abu Hurairah رضي الله عنه, Nabi ﷺ bersabda,
إِذا سمع أحدكم النداء والإناء على يده فلا يضعه حتى يقضري حاجته منه
“Apabila salah seorang di antara kalian mendengar adzan, sedangkan bejana (makanan) masih ada di tangannya, maka janganlah ia meletakkannya hingga ia menyelesaikan hajatnya (sahurnya).
Pendapa Kedua, wajib bagi orang yang ingin berpuasa untuk menahan dari makan dan minum pada awal terbit fajar. Maka tidak boleh baginya untuk terus makan atau minum setelah munculnya fajar.
Ini adalah pendapat mayoritas ulama dari kalangan sahabat, tabi’in, dan merupakan madzhab Abu Hanifah, Imam Mâlik, Syafi’i dan Ahmad serta dipilih oleh Al-Lajnah Ad-Daimah dan Syaikh Ibnu Utsaimin. Dalil mereka :
🔖 Allah ﷻ berfirman,
وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ ۖ
“Makan dan minumlah hingga jelas bagimu (perbedaan) antara benang putih dan benang hitam, yaitu fajar.” (Surat Al-Baqarah, Ayat 187)
“Terang bagi kalian benang putih dari benang hitam.”, hal ini terjadi dengan terbitnya fajar yaitu jelas pada awal-awal terbitnya fajar. Maka pada waktu itu tidak boleh lagi makan dan minum.
🔖 Hadits riwayat Imam Al-Bukhâri dan Muslim, dari Ady bin Hatim رضي الله عنه, dia bertutur ;
لما نزلت : (حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْأَسْوَدِ) البقرة :١٨٧. عمدت إلى عقال أسود، وإلى عقال أبيض، فجعلتهما تحت وسادتي، فجعلت أنظر في الليل، فلا يستبين لي، فغدوت على رسول الله صلى الله عليه وسلم، فذكرت له ذلك فقال : إنما ذلك سواد الليل وبياض النهار
“Ketika turun ayat, ‘… Hingga terang bagi kalian benang putih dari benang hitam (yaitu di waktu fajar)’ (Al-Baqarah : 187), maka aku mengambil benang hitam dan benang putih lalu aku letakkan di bawah bantalku untuk aku lihat pada sebagian malam, namun tidak tampak olehku. Maka di pagi harinya, aku menemui Rasulullah ﷺ lalu aku ceritakan hal tadi. Maka beliau bersabda, ‘Sesungguhnya yang dimaksud dengan ayat ini adalah gelapnya malam dan terangnya siang.’.”
🔖 Hadits riwayat Imam Al-Bukhâri dan Muslim dari Abdullah bin Umar رضي الله عنهما, Nabi ﷺ bersabda,
إن بلالا يؤذن بليل، فكلوا واشربوا حتى ينادي ابن أم مكتوم
“Sesungguhnya Bilal رضي الله عنه mengumandangkan adzan saat masih malam, maka makan dan minumlah sampai kalian mendengar adzan Ibnu Ummi Maktum رضي الله عنه.”
📌 Maka makan sahur terjadi sebelum fajar dan dipahami darinya jika telah datang siang tidak boleh lagi makan dan minum. Dan siang dimulai dari awal terbitnya fajar, dan tidak ada perbedaan pendapat dalam hal ini. *Pendapat yang kedua inilah yang lebih kuat, karena dalil-dalil mereka lebih jelas dan lebih shahih*.
Sumber : Markas Da’wah Ar Risalah Kendari
Comment