Faktual.Net, Kendari, Sultra. Kebijakan penerbangan pesawat Garuda Indonesia jadwal rute penerbangan Kendari melalui Bandaha Haluoleo Sulawesi Tenggara, kini telah disesuaikan menjadi tiga kali penerbangan dalam seminggu.
Sebelum masa pandemi Covid-19, penerbangan Garuda jadwal rute Bandara Haluoleo adalah dua kali sehari, setelah pandemi menjadi dua kali seminggu, dan saat new normal dibuka menjadi tiga kali penerbangan dalam seminggu, dengan sejumlah syarat protokol kesehatan yang harus dipenuhi oleh customer.
Hal ini diungkapkan General Manager (GM) PT Garuda Indonesia (Persero) Cabang Kendari, Syaiful Bahri, kepada awak media, Jum’at, 12/6/2020.
“Untuk flight sendiri kita mengurangi, karena tingkat perjalanan custumer berlum begitu banyak, karena ada persyaratan yang wajib diisi dan dilengkapi oleh custumer, itu bukan dari Garuda tapi dari pemerintah. Waktu bulan April dan Mei seminggu dua kali penerbangan, biasanya kan setiap hari dua kali penerbangan, berjalannya waktu bulan Juni ini ada peningkatan custumer yang naik, jadi kita ajukan seminggu tiga kali yaitu hari Selasa, Kamis dan Minggu,”ungkap Syaiful Bahri.
Berkurangnya jam terbang Garuda masa pandemic Covid-19, berdampak pula pada penurunan pendapatan perusahaan, sebab tingkat keterisian yang tidak bisa 100 persen otomatis dirasakan mengalami kerugian, sebab harga tiket yang masih sama namun tingkat isianya tidak boleh penuh.
“Tugas Garuda sebagai milik pemerintah rugi pun kita akan tetap terbangin, bukan berarti rugi tidak terbang, itu ya tugas Garuda ya memang komitmen. Garuda tetap terbang dari bandara Haluoleo meski hanya enam orang penumpang,” tambahnya.
Ketika ditanya tentang kondisi new normal yang telah tetapkan oleh pemerintah bebera saat lalu, Syaiful Bahri menjelaskan bahwa kantor Garuda di Kendari taat kepada persyaratan yang disarankan pemerintah, pelayan di kantor Garuda kepada karyawan disyarakan protokol kesehatan standar Covid-19 berupa penyediaan alat cuci tangan, penggunaan masker dan physical distancing. Sementara dalam flight penerbangan, tidak semua kursi penumpang di pesawat dijual.
“Kelas bisnis yang biasanya 12 kita isi hanya 6, untuk ekonomi yang biasanya 150 kita isi 100 kenapa kita isi 100, masing-masing satu baris 25 setiap baris ada 3 jadi 75 yang tengahnya kiri kanan dikosongkan,” jelasnya.
Ketika ditanya mobilitas orang yang paling banyak masuk dan keluar wilayah Sulawesi Tenggara, dijawab oleh Syaiful Bahri bahwa tingkat mobilitas penumpang yang masuk maupun keluar Kendari sama.
“Dari Jakarta yang masuk ke Kendari termasuk dari Kendari yang ke Jakarta rata-rata hampir 40 sampai 50 persen terisi. Hal ini dikarenakan dalam masa new normal belum semua rute yang diterbangi Garuda terbuka, tergantung dari daerahnya. Ada beberapa daerah yang masih menerapkan PSPB berarti tidak ada penerbangan kesana kecuali kargo, jadi tidak semua pesawat kita terbang. Jadi yang tadinya hampir ratusan flight sekarang bisa dihitung sampai sekitar sembilah puluhan, ini benar-benar sangat turun sekali dan kita juga terbang tidak dalam satu rute tidak boleh ada dua kali penerbangan, misalnya di Kendari hari Selasa dua-duanya masuk itu tidak boleh jadi kita masukan hanya satu termasuk di daerah-daerah lain juga seperti itu,” jelas Syaiful Bahri dengan detail.
Reporter: Wa Ode Deli Yusniati