Faktual.Net, Kendari, Sultra. Paska penggerebekan rumah Titink Saranani oleh aparat kepolisian Polda Sultra, pada Minggu malam 7 Januari 2019 sekitar pukul 22.30 wita, pihak keluarga mengaku telah ‘mewakafkan’ Titink Saranani ke pihak kepolisian.
“Saya wakafkan Titink ke polisi, jika benar bersalah” ungkap Mimink Saranani yang berhadapan langsung dengan polisi saat penggerebekan dirumah orang tua Titink Saranani (TS), yang beralamat di jalan S Parman Kemaraya Kota Kendari. Dimana penggerebekan polisi untuk mencari saudaranya didalam rumah, pada akhirnya zonk alias tidak dapat apa-apa. Sebelumnya pengepungan dari berbagai sudut rumah dan jalan dilakukan pihak berwajib yang berjumlah kurang lebih 20 orang, mulai dari polisi hingga aparat pemerintah setempat. Kemudian aparat mendobrak dan menggeledah kamar tidur, kamar mandi, lemari, laci buvet, plafon, sumur hingga tower.
Ungkapan mewakafkan adalah kiasan yang dilontarkan Mimink Saranani, sebagai wujud kekesalannya atas tindakan aparat yang menurutnya tidak pantas dan diluar batas kewajaran. “Tindakan mendobrak pintu dan dilakukan saat seisi rumah sedang tertidur itu sudah tidak wajar dan tidak pantas dilakukan oleh abdi negara dan pelindung masyarakat,” ungkapnya. Pihak keluarga sangat menyayangkan sikap aparat kepolisian yang melakukan pendobrakan dan penggerebekan dirumah kediaman orang tua mereka yang dilakukan tengah malam saat seisi rumah sedang tertidur.
Dirinya merasa kaget tiba-tiba saja pintu kamar tidurnya dibuka oleh beberapa orang laki-laki , dan perempuan. Dimana saat itu perempuan berjilbab ini, mengaku hanya berpakaian lazimnya dalam rumah. Selain itu terdapat orang sakit yang tidak lain adalah ibu kandungnya. “Bagaimana kalau ibu saya yang sedang sakit itu tiba-tiba koma lantaran kaget dengan serbuan polisi yang dadakan masuk kedalam rumah, siapa yang tanggungjawab,” kesalnya. Meskipun pihak kepolisian rupanya sudah mengantisipasi hal itu dengan cara menyiapkan ambulance yang standby dihalaman rumah, karena mengetahui ada anggota keluarga yang sakit didalam.rumah. Hal ini menurut Mimink Saranani yang berprofesi sebagai tenaga medis itu, bagian dari upaya kesengajaan yang direncanakn secara rapi.
Terhadap kerusakan pintu yang didobrak saat penggereberakan dirumah keluarga besar almarhum Tuna Saranani, yang tak lain adalah tokoh pendiri SMA 1 Kendari dan beberapa sekolah menengah atas di kabupaten kota se-Sultra ini, pihak keluarga besar almarhumah Tuna Saranani, mengaku tidak akan mempersoalkan secara hukum, alias melapor ke pihak berwajib dalam hal ini polisi, “Tidak perlu kami lapor, karena tidak mungkin jeruk minum jeruk, siapa yang dilapor, kepada siapa mau dilapor,” ungkap salah seorang anggota keluarga yang juga pejabat penting di Kota Kendari yang enggan disebut namanya. Keluarga juga menyayangkan mengapa pihak aparat kepolisian tidak datang pada pagi atau siang hari untuk mencari (Daftar Pencarian Orang) DPO yang dimaksudkan di rumah mereka.
Titink Saranani sendiri diberitakan sebagai DPO Polda Sultra, foto dan beritanya telah beredar sejak tahun lalu, namun pihak berwajib sangat kesulitan untuk meringkus ‘aktivis’ status itu. Disinyalir status yang dibuat melalui akun facebook miliknya bernuansa hoaks. Namun kenyataannya banyak pejabat dan mantan pejabat masuk bui akibat tersenggol status tie, nama lain Titink Saranani, sebelum akhirnya pihak yang distatuskan “terdobrak” pihak berwajib hingga Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Selain itu banyak pihak yang merasa terusik dengan status tie, dianggap berbahaya serta merugikan pihak yang distatuskan. Beberapa orang yang distatuskan tie, melaporkan status tersebut ke ranah hukum, namun ada juga berakhir damai.
Berbagai komentar warga tetangga TS menuturkan, bahwa kecurigaan warga akan penggerebekan di rumah orang tua TS disinyalir sudah diintai sejak jam empat sore. “Sejak jam empat sore kita curiga polisi berpakaian preman sudah berkeliaran intai itu rumah,” ungkap warga yang tidak mau ditulis namanya sambil berujar bahwa kasus penyergapan TS melebihi pelaku kriminal pembunuhan dan terorisme, dampaknya membuat warga merasa ketakutan setiap melihat orang yang tidak dikenalnya mirip polisi berada disekitarnya.
Menurut aparat dilingkungan kelurahan Kemaraya Kota Kendari, yang tidak mau ditulis namanya, diskusi yang didengarnya antara pihak keluarga dan aparat kepolisian, bahwa kasus Titink Saranani tidak hanya menyebar hoaks rektor Uho, namun juga sering menuliskan status ibu Agista yang tidak lain adalah istri dari Ali Mazi gubernur Sulawesi Tenggara. Aparat tersebut memperlihatkan hapenya kepada keluarga TS yang berisi status tie kepada Ibu Agista. Sebelumnya Titink Saranani dan keluarga adalah pendukung fanatik pasangan AMAN akronim dari Ali Mazi – Lukman Abunawas, gubernur dan wakil gubernur terpilih pada Pemilukada Sultra 2018.
Reporter : Wa Ode Deli Yusniati