Religi  

Ini Dia Ustadz Arafat, Pria Yang Tetap Mengimami Shalat Saat Gempa Terjadi

Faktual.Net, Kendari. Gempa berkekuatan 7.0 skala ritcher mengguncang wilayah Lombok, Nusa Tenggara Barat dan sekitarnya pada Ahad 5/8/18. Gempa tersebut terasa sampai Bali. Di tengah gempa yang membuat masyrakat panik, beredar sebuah video mengharukan.

Dalam video itu terlihat imam masjid tetap salat meskipun seisi ruangan terguncang. Diketahui, video itu direkam di Mushola Asy-Syuhada, Bali, tengah membaca surat Al Fatihah saat memimpin shalat berjamaah.

Di akhir ayat bacaannya itu, tampak masjid mulai bergoyang yang ditandai dengan para jamaah mulai berguncang. Guncangan terlihat semakin kencang, dan beberapa makmumnya berlarian ke luar untuk menyelamatkan diri.

Namun Imam masjid itu tampak masih terus melanjutkan shalat dan bacaan surat Al Fatihah. Kemudian terlihat beberapa makmum masih ada yang mengikutinya dan mengucapkan Aamiin. Goncangan pun terlihat makin kencang, bahkan membuat Imam masjid tersebut harus meletakkan tangan kirinya untuk berpegangan ke tembok.

Melihat imam masjid yang masih berdiri melanjutkan shalat, terlihat beberapa makmum yang berdiri di belakangnya itu maju ke depan menemani sang imam. Imam masjid itu melanjutkan shalatnya dengan mambaca ayat kursi. Bahkan gempa tersebut tampak masih terus terjadi saat Imam masjid membacakan surat pendek dalam shalatnya tersebut.

Hadir di Hitam Putih pada Rabu, 8/8/18 imam masjid bernama Arafat Abdulghani Mohammed menceritakan detail yang terjadi saat itu. Ustadz Arafat merupakan pria keturunan Yaman dan tidak bisa berbahasa Indonesia. Ustadz Arafat mengaku dia menyadari bahwa saat itu sedang gempa. Namun dia memilih untuk tetap melanjutkan salat. Bahkan ustadz Arafat mengira bahwa itu adalah akhir hidupnya.

“Tentu saja saya sadar dan merasa goncangan yang terjadi bahkan sempat berpikir bahwa itu adalah akhir hidup saya seandainya terjadi sesuatu. Tapi saya pasrah kepada Allah sehingga beliau (Ustadz Arafat) memilih melanjutkan saja salatnya itu,” terang Ustadz Deden Sajidin selaku penerjemah.

Dalam bahasa Arab, Ustadz Arafat mengatakan sama sekali tidak ada pikiran untuk pergi menyelamatkan diri. Ustadz Arafat mengutip sebuah ayat alquran yakni surat Az-Zariyat ayat 50. Ayat tersebut berarti “Maka kembalilah kepada Allah. Sesungguhnya aku seorang pemberi peringatan yang nyata untukmu.”

“Sama sekali tidak terbesit pikiran untuk melarikan diri bahkan kalaupun kabur kemana kita bisa pergi sementara kalau mau kabur, pergilah menuju Allah,” kata Ustadz Arafat yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh Ustadz Deden.

Ustadz Arafat memiliki sebuah prinsip yakni jika ajal telah tiba, seseorang tidak akan bisa lari ke manapun. “Beliau punya prinsip entah kabur atau bertahan seandainya ajalnya pada saat itu maka tentu tidak akan bisa lari juga,” kata Ustadz Deden menerjemahkan kalimat Ustadz Arafat.

“Semua akan mendapatkan nasibnya meskipun dalam keadaan yang berbeda-beda,” terang Ustadz Arafat. Gempa yang dia rasakan saat menjadi imam masjid itu menjadi gempa hebat yang dia rasakan. Selama di Yaman, Ustadz Arafat pernah merasakan gempa namun tidak sedahsyat saat di Bali. 

Ustadz Arafat juga mengetahui jika videonya bertahan salat menjadi viral di berbagai media sosial. Namun dia merasa biasa saja. Daripada mengulas tentang sosoknya, Ustadz Arafat mengingatkan agar tidak lupa dengan korban gempa yang memerlukan bantuan.

“Dalam kejadian ini daripada membahas orang yang viral jangan sampai lupa memberikan bantuan kepada korban,” kata Ustadz Arafat yang diterjemahkan Ustadz Deden.

Selain itu, hadir pula satu di antara makmum masjid yakni Pungkasandi Putra. Pria yang akrab disapa Ipung itu awalnya sempat melarikan diri ketika gempa terjadi. Ipung memutuskan melarikan diri ketika mendengar suara di atap. Dia menduga bahwa bangunan akan roboh.

“Goyangannya kecil awalnya, saya masih bertahan salat. Rangka atap bunyi, seperti sudah mau jatuh akhirnya saya lari,” terang pria yang akrab disapa Ipung. Setelah menunggu beberapa saat di luar masjid, Ipung kembali ke dalam untuk melanjutkan salat.

“Setelah 20 detik di luar menunggu gempa agak reda, saya cuci kaki lalu melanjutkan salat. Saya berpikir ada Syekh Arafat yang masih berdiri tegar di sana, saya terinspirasi,” tutur Ipung. “Jadi seperti gempa yang sangat besar. Saya baru pertama kali merasakan gempa seperti itu. Ga terbayang kalau saya berada di Lombok.

Posisinya saya mulai bertanya-tanya apakah saya akan meninggal? Saya bisa mati pas lari atau pas shalat. Itu 50:50. Badan saya ga bisa terkontrol jadi saya langsung lari,” jelas Ipung bercerita.

Artikel ini telah dimuat di tribunjateng.com dengan judul : Penuturan Ustadz Arafat Pria Yaman Viral yang Jadi Imam Saat Gempa: Kalau Sudah Ajal Tidak Bisa Lari

Tanggapi Berita Ini