IBADAH MINGGU XXVI PASCA TRINITATIS AKHIR TAHUN GEREJAWI HKBP RESORT ANCOL PODOMORO

faktual.net, Jakarta – Ibadah kebaktian, hari ini minggu (24/11),
Minggu akhir tahun gerejawi dan Minggu mengingat anggota jemaat yang telah meninggal dunia. Hari Minggu ini mengingatkan untuk: Mementomori, artinya: Ingatlah hari kematianmu!.

Dengarlah (Marilah kita dengar) Hukum Tuhan pada Minggu Akhir Tahun Gerejawi dan Peringatan bagi orang yang sudah meninggal hari ini, yaitu Konfessi HKBP Pasal 15. Peringatan akan orang yang meninggal. Kita mempercayai dan menyaksikan: Kematian adalah akhir dari hidup manusia di dunia ini, dia berhenti dari segala pekerjaannya. Ada keselamatan bagi orang yang percaya. Yesus Kristus yang telah bangkit itulah yang membangkitkan orang dari kematian, Dialah Tuhan dari orang yang hidup dan yang mati. Berbahagialah orang yang mati di dalam Tuhan yang setia sampai akhir. 

Ibadah dipimpin oleh Pendeta Resort Ancol Podomoro, Pendeta Hendy Juvri Manalu,Sth, Gereja menyelenggarakan peringatan bagi orang yang meninggal untuk menyadarkan iman kita supaya kita mengingat akan akhir hidup kita sendiri serta meneguhkan pengharapan akan kemenangan Kristus mengalahkan kematian, demikian juga pengharapan akan Kerajaan sorga sebagai tujuan jiwa, Roh kita dan persekutuan orang percaya dengan Tuhan Allah hingga kedatangan Yesus Kristus yang kedua kali.Demikian Hukum Tuhan, marilah kita meminta kekuatan, pembukaan khotbah Ibadah.

Isi Ibadah diambil dari, DANIEL 7: 9-14, (Bahasa Toba) 9.Sai hupanotnoti do i paima dipajongjong angka habangsa, jala hundul tusi ibana na so suda arina. Ia pangkeanna saksak do songon itak, jala obuk ni uluna, songon hapas na binusur, ia habangsana songon jillamjillam ni api, jala angka rodana songon api na marnalanala.
10.Ruar do sada sunge api, jala mabaor sian adopanna marriburibu angka na marsomba tu ibana, jala marloksaloksa tindang di jolona marhaladoi. Dung i tarpansang ma loloan jala tarbungka angka buku.
11.Jadi sai hupanotnoti ma gumodang alani soara ni angka hata na jungkat, angka na hinatahon ni tanduki; sai hubereng i paima tarbunu binatang i, jala pidom pamatangna, jala dipasahat asa purunon tu api.
12.Jala tarrampas huhut parenta sian binatang angka na tinggal i, ai nunga dibuhul tingki dohot jom ni ajalnasida.
13.Dung i huida muse di bagasan angka pangungkapon borngin, gabe ida ma, ro sahalak marhitehite ombun di langit i, songon anak ni jolma, jala sahat ibana tu ibana na so suda arina, jala tarboan ibana tu jolona.
14.Jala dibasabasahon ma tu ibana pamarentaon dohot hamuliaon dohot harajaon, jala saluhut bangso, houm dohot halak parpangkuling marragamragam marsomba tu ibana. Ro di salelenglelengna do pamarentaonna, na so tupa munsat sian ibana, harajaonna pe na so tupa pesan do.

Baca Juga :  Penyidik dan Jaksa Diminta Berhati-hati Menjeratkan Pasal 372, 378 KUHP serta TPPU

(Terjemahan) 9.Sementara aku terus melihat, takhta-takhta diletakkan, lalu duduklah Yang Lanjut Usianya; pakaian-Nya putih seperti salju dan rambut-Nya bersih seperti bulu domba; kursi-Nya dari nyala api dengan roda-rodanya dari api yang berkobar-kobar;
10.suatu sungai api timbul dan mengalir dari hadapan-Nya; seribu kali beribu-ribu melayani Dia, dan selaksa kali berlaksa-laksa berdiri di hadapan-Nya. Lalu duduklah Majelis Pengadilan dan dibukalah Kitab-kitab.
11.Aku terus melihatnya, karena perkataan sombong yang diucapkan tanduk itu; aku terus melihatnya, sampai binatang itu dibunuh, tubuhnya dibinasakan dan diserahkan ke dalam api yang membakar.
12.Juga kekuasaan binatang-binatang yang lain dicabut, dan jangka hidup mereka ditentukan sampai pada waktu dan saatnya.
13.Aku terus melihat dalam penglihatan malam itu, tampak datang dengan awan-awan dari langit seorang seperti anak manusia; datanglah ia kepada Yang Lanjut Usianya itu, dan ia dibawa ke hadapan-Nya.
14.Lalu diberikan kepadanya kekuasaan dan kemuliaan dan kekuasaan sebagai raja, maka orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa mengabdi kepadanya. Kekuasaannya ialah kekuasaan yang kekal, yang tidak akan lenyap, dan kerajaannya ialah kerajaan yang tidak akan musnah.

Pendeta Juvri mengatakan, Segala sesuatu yang ada di dunia ini satupun tidak ada yang abadi. Segala sesuatunya, baik yang bernafas maupun tidak pastilah akan berkesudahan. Daun-daun kering akan berguguran kemudian akan diganti oleh kuncup-kuncup daun yang baru, suara anak-anak burung riuh terdengar dan kelak akan menggantikan induknya.

Baca Juga :  Kelurahan Papanggo Kerja Bakti Tata Kolong Tol Bersama Warga

Lanjutnya, Demikianlah semuanya silih berganti, tidak ada yang abadi. Maka sesungguhnya tidak ada hal yang patut dibanggakan apalagi disombongkan dari seorang manusia seperti kita ini. Sebanyak apapun hartamu, sekuat dan seperkasa apapun dirimu, seberapa banyak pengikut dan pengawalmu, tidak akan berdaya ketika telah berhadapan dengan Dia yang kekuasaannya kekal itu. Maka berhentilah menyombongkan diri, dan bunglah sifat angkuh dari hadapan Tuhan. Akan tetapi selalulah merendahkan hati, sebab yang merendahlah yang akan ditinggikan dan yang tinggi akan direndahkan.

Namun di dalam khotbah kita pada Minggu ini, dikatakan bahwa ada satu yang abadi, namun Dia bukanlah ciptaan sebab Dia adalah Sang Pencipta yang berkuasa kekal sepanjang masa. Kuasa Tuhan tidak ada batasnya, abadi dan kekal selama-lamanya.

“Semua ada waktunya, tidak ada yang kekal, seperti kepemimpinan yang ada di negara, mapun di Huria semua ada periodenisasi, Tidak ada kekekalan hidup di dunia ini,” Ucap Pendeta Juvri, Sth.

Tertulis juga dalam 1 Yos 2, menjelaskan, kepercayaan iman kita yang menentukan kemana kita setelah Tuhan memanggil kita, Kejujuran dan keikhlasan itu yang utama bukan mencari kekuasaan Hidup Kerajaan didunia.

“Agar ada untuk tertulis dalam Tuhan, dengan kita mau menghargai waktu dalam proses kehidupan kita, dengan menyembahkan diri kita utk pekerjaan Tuhan, akhir khotbah Pendeta Henry Juvri Manalu, Sth. (Zul)

Tanggapi Berita Ini