Faktual.Net, Kendari, Sultra – Dalam rangka menyikapi bentrokan antara ormas besar sultra saat Pawai Budaya pada beberapa waktu yang lalu, Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Lembaga Adat Tolaki (LAT) Sulawesi Tenggara (Sultra) gelar konferensi pers pada Selasa, 21/12/2021.
Ketua DPP LAT Sultra Drs. H. Masyhur Masie Abunawas, M. Si, dalam keterangannya menjelaskan bahwa Suku Tolaki adalah Suku yang cinta damai. Hal ini ini terbukti dalam sejarah bahwa ratusan tahun sebelum Provinsi Sultra berdiri, tanah leluhur orang Tolaki sudah dijadikan tempat berdomisili dan bahkan telah menjadi tempat tinggal yang paling nyaman dan tanpa gangguan apapun. Suku Tolaki telah terbiasa hidup berdampingan dengan berbagai suku bangsa secara damai, aman dan tentram di bumi Tolaki Sultra.
Menurut MMA, kondisi ini terwujud karena suku Tolaki berpegang teguh pada filosofi Inae Konasara Ie Pinesara, inae Lia sara ie.
“Suku Tolaki selalu menjunjung tinggi OSARA sebagai aturan-aturan adat istiadat atau hukum adat Tolaki dan telah menjadi sarana untuk membina, mengawasi, mengendalikan dan menegakkan tertib hukum dan tertib social dalam masyarakat, agar masyarakat dapat hidup tertib, aman, tentram dan damai, atau dalam Bahasa Tolaki sering dinyatakan: Luwuako nggo nibutuno osara tambuoki suere, nggo tekono ine ambo ronga nggo-nggo nime’amboako (artinya: Semua tujuan adat istiadat/hukum adat adalah untuk terwujudnya tertib hukum, tertib sosial dan kesejahteraan hidup masyarakat),” jelas MMA.
Lebih lanjut, MMA juga juga menyampaikan sebagai wujud cinta damai Suku Tolaki yang dilandaskan pada nilai-nilai adat istiadat, maka Ormas Suku Tolaki yang berasal dari berbagai Kabupaten/Kota di Sulawesi Tenggara melangsungkan Pawai Budaya Mepokoaso di Kota Kendari.
“Hal itu sebagai agenda Tahunan, dengan menampilkan pakaian adat dan simbol-simbol budaya dan persatuan misalnya Bendera Merah Putih, Bendera Lembaga Adat Tolaki, Bendera semua ORMAS yang menjadi peserta Pawai termasuk beberapa perlengkapan Budaya Ta’awu dan Karada serta perisai lainnya, dengan tujuan mempererat tali persaudaraan, solidaritas dan saling kenal mengenal untuk membangun komitmen bersama menjaga kedamaian dan ketentraman,” kata MMA saat konferensi pers di kantor DPP LAT Sultra.
MMA menuturkan bahwa Pawai Budaya Suku Tolaki awalnya akan dilangsungkan pada hari rabu tanggal 15 Desember 2021, namun karena ada permintaan pihak Kepolisian (Polda Sulawesi Tenggara) dengan alasan akan ada kunjungan kerja Pak Kapolri sehingga Pawai Budaya Suku Tolaki baru bisa dilaksanakan pada hari Kamis, tertanggal 16 Desember 2021.
Pawai tersebut telah direstui oleh LAT sebagai wadah tunggal dan tertinggi berbagai Ormas Suku Tolaki dan serta telah mengikuti prosedur hukum yang berlaku di Indonesia.
Selanjutnya berdasarkan Pemberitahuan lanjut MMA, yang diajukan kepada Polresta Kendari, rute pawai Budaya akan dimulai dari Stadion Lakidende – Jalan Utama – Jembatan Bahteramas dan Finish di Pelataran MTQ Kendari.
“Pawai pun dilakukan secara tertib dan diisi berbagai orasi yang mengajak untuk menjaga keharmonisan, persaudaraan serta menghargai Kebhinekaan di wilayah Sulawesi Tenggara dengan melalui rute yang telah disepakati. hanya saat di Kendari Beach oleh pihak Kepolisian melakukan Blokade jalan sehingga para Peserta pawai yang dihadiri oleh ribuan Orang Anggota Ormas Tolaki secara tertib memutar arah sebagai wujud kepatuhan serta penghargaan Suku Tolaki terhadap aparat penegak hukum dan selanjutnya mengarah ketempat Finish di Pelataran MTQ,” pungkasnya.
Menurut MMA saat pawai berlangsung, sekitar kurang lebih 20 orang yang berada dibarisan paling belakang tanpa sepengetahuan pimpinan pawai, menuju jembatan Bahterahmas dengan niat untuk mengambil dokumentasi. Pihak Kepolisian pun yang memblokade jalan membiarkan mereka lolos menuju jembatan.
Menurut keterangan yang disampaikan MMA mereka itulah yang kemudian mendapatkan penganiayaan dan sekaligus korban dengan menggunakan berbagai jenis senjata tajam, termasuk busur dan panah.
“Jika kita cermati dan perhatikan secara sungguh-sungguh jenis senjata dan peralatan yang digunakan kelompok yang melakukan penganiayaan patut diduga mereka telah melakukan persiapan dan perencanaan yang matang untuk melakukan penyerangan dan menganggu kegiatan pawai budaya yang dilakukan Ormas-Ormas,” tandasnya.
Atas insiden tersebut MMA menegaskan bahwa DPP LAT menginginkan dan mendesak Penegakkan hukum yang berkeadilan terhadap mereka yang telah melakukan penganiayaan terhadap beberapa orang suku Tolaki termasuk indikasi adanya tindakan yang kurang profesional dan bahkan terkesan adanya tindakan pembiaran oleh oknum aparat penegak hukum terhadap lolosnya 20 orang dalam blokade jalan serta tidak berupaya melakukan penegakkan hukum secara terukur dalam peristiwa penganiayaan.
Terakhir dalam penyampaian-Nya, berharap kepada semua agar menjaga persatuan, kedamaian serta ketentraman di Sulawesi Tenggara.
“Harapan kami mari kita bersama-sama menjaga persatuan, kesatuan, kedamaian dan ketentraman, yang didukung oleh tindakan professional dalam penegakkan hukum secara berkeadilan di Bumi Sulawesi Tenggara,”tutup MMA.
Report: Rasidman