Faktual.Net, Malut,Tidore. Pernyataan Calon Wakil Walikota Tidore nomor urut 2, Adam Dano Djafar, yang diduga merendahkan martabat Sultan Tidore, H. Husain Alting Sjah, membuat suku Tabaru ikut terluka.
Pasalnya, Suku Tabaru sangat menghargai dan mencintai Jou Lamo Sultan Tidore, karena karomah dan mahkotanya. Kecintaan Suku Tabaru terhadap Sultan, merupakan sebuah amanah dari leluhur secara turun temurun.
Bahkan Sultan sebelumnya, yakni Djafar Syah yang merupakan ayah dari Adam Dano, juga begitu dicintai dan dihargai oleh Suku Tabaru.
“Sebagai anak dari salah satu kapita Tabaru yang di Lantik langsung oleh Jou Sultan Djafar Syah, saya dengan segenap hati merasa prihatin dan terhina dengan statemen salah satu putra beliau yakni Adam Dano, yang dengan sengaja menyerang kehormatan Jou Sultan Husain Syah di depan umum,” ungkap Wandi Marau kepada media ini, Selasa, (22/10/24).
Wandi kemudian mengisahkan, dimasa kepemimpinan Sultan Djafar Syah (1999-2012), terdapat dua orang suku tobaru yang diangkat menjadi Kapita Tabaru. Hal itu bertujuan untuk menjaga dan mempertahankan spirit adat istiadat agar tidak terkikis oleh zaman.
Dua orang yang diangkat dan dilantik sebagai kapita Suku Tabaru itu, diantaranya Alm. Hasan Con dan Alm. Jainal Marau yang merupakan ayah dari Wandi Marau.
“Rasa empati yang begitu besar dari orang tua kami yang di angkat langsung oleh Jou Sultan Djafar Syah, mereka tunjukan dengan loyalitas dan pengabdian terhadap kesultanan dan kelurga besar kesultanan Tidore. Tidak berhenti di situ saja, loyalitas dan pengabdian tingkat tinggi pun di tunjukan oleh orang tua kami ketika setiap momentum politik yang melibatkan kelurga kesultanan,” tuturnya.
Ia melanjutkan, ketika salah satu kelurga kesultanan mengikuti kontestasi Politik Pada Tahun 2019 sebagai calon legislatif di dapil 2, orang tuanya berjuang tanpa pamrih, hal itu didasarkan pada saking cinta dan loyalnya terhadap keluarga kesultanan Tidore.
Namun kecintaan itu, kian pupus setelah adanya ucapan dari Adam Dano, yang merendahkan martabat Sultan, saat berkampanye di Dusun Sukma, Kelurahan Guraping, Kecamatan Oba Utara.
“Setelah dengar statemen ko Adam di satu momen kampanye (blusukan ) di dusun Sukma, saya cukup kecewa ketika ia menyerang sultan Tidore, beda hal ketika beliau menyerang status Husain alting Sjah sebagai Cagub, saya no coment, tetapi yang beliau serang adalah kedudukan kesultanan (otak tra sampe) maka saya secara pribadi sangat kecewa,” pungkasnya.
Wandi menambahkan, Sultan Djafar Syah atau ayah dari Adam Dano, adalah Jou lamo yang di hormati dan di cintai suku tabaru khususnya di Desa Durian, hal itu dikarenakan loyalitas Suku Tabaru terhadap kesultanan begitu tinggi.
Bahkan tak hanya itu, ketika kejadian perang agama, Kakek Wandi di bunuh, dan pihak Kesultanan kemudian mengeluarkan ma’lumat untuk melindungi suku tabaru, itu semua karna loyalitas suku tabaru ketika menjadi pasukan khusus memerangi kolonial.
Untuk itu, kata Wandi, sikap Merendahkan Jou lamo, Sultan Husain Alting Sjah, adalah tindakan merendahkan seluruh Keluarga Kesultanan Tidore, beserta para bobato dibawah kepimpinan Jou Sultan H. Husain Alting Syah.
“Kami suku Tabaru juga masuk dalam perangkat adat kesultanan dibawah Fomanyira Tabaru yang ada di Kelurahan Jai, Kecamatan Tidore Utara, bahkan jere kami juga ada disana,” jelasnya.
Lebih lanjut, Wandi menegaskan bahwa dalam momentum politik, kakaknya telah bersikap mendukung Pasangan Calon Walikota dan Wakil Walikota nomor urut 2, Samsul Rizal Hasdy dan Adam Dano Djafar alias SAM ADA, merupakan bukti emosional dengan keluarga Kesultanan yang melekat di dalam diri Adam Dano.
“Ketika di Kecamatan Oba Utara ini, semua desa belum post ko Adam pe foto bakal calon, saya pe Kaka kandung orang pertama yang kampanyekan beliau kasiang. Saya hormat sekali ko Adam, tapi kalu so serang institusi kerajaan saya tersinggung sekali, karna saya pe papa ajar soal penghormatan tertinggi suku tabaru itu, ada di mahkota yang di pake seorang sultan (Tidore),” tandasnya.
Ia memastikan, sikap tidak terpuji yang ditunjukan Adam Dano karena telah menyerang institusi kerajaan melalui Jou Sultan Husain Alting Sjah, dirinya akan berbalik haluan dan memastikan bahwa keluarganya tidak akan memilih Adam Dano.
“Saya deng saya pe Kaka perempuan beda pilihan bukan karna saya tra suka ko Adam, tapi ini soal kesadaran politik. Tapi karna dengan adanya masalah ini, saya pastikan keluarga saya akan babale,” tandasnya.