Opini  

Politisasi Ulama Dalam Pusaran Demokrasi

Opini Ditulis Oleh : Lia Amalia

Faktual.Net, Kendari, Sultra. Dikutip dari Tempo.Co, Jakarta – Presiden Joko Widodo alias Jokowi menghadiri acara Sarang Berzikir untuk Indonesia Maju di Pondok Pesantren Al-Anwar, Rembang, Jawa Tengah pada Jumat, 1 Februari 2019. Kehadiran calon presiden ini kumben di acara tersebut beredar dalam video yang viral di media sosial.

Dalam video tersebut, seorang ulama yakni Kiai Maimun Zubair membacakan doa penutup pada akhir acara. Ulama yang akrab disapa Mbah Moen itu duduk di sebelah Jokowi dan membacakan doa yang di dalamnya menyebut nama calon presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto.

“Ya Allah, hadza ar rois, hadza rois, Pak Prabowo ij’al ya ilahana,” kata Maimun dalam rekaman video acara Sarang Berzikir untuk Indonesia Maju yang diterima Tempo, Sabtu, 2 Februari 2019.

Mbah moen membacakan doa sambil melihat secarik kertas kuning yang dia keluarkan dari sakunya. Doa ini dibacakan Maimun dalam bahasa Arab.

Diketahui, potongan doa Maimun itu kurang lebih memiliki arti ‘ya Allah, inilah pemimpin, inilah pemimpin Prabowo, jadikan, ya Tuhan kami’. Petikan doa yang terselip nama Prabowo itu terekam di menit ke 3 lewat 40 detik dari video berdurasi 6 menit 37 detik.

Kemudian, Maimun dihampiri oleh Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan Muhammad Romahurmuziy alias Romi usai membacakan doa. Setelah itu, Maimun kembali berdoa seperti meralat ucapannya sebelumnya. “Jadi saya dengan ini, untuk menjadi, siapa yang ada di samping saya ya Pak Jokowi,” katanya.

Menjelang pemilu setiap kekuatan politik di negeri ini selalu berusaha merangkul kekuatan Islam, sebab negeri ini mayoritas muslim, siapa yang ingin unggul dalam pemilu harus memperhatikan faktor ini, Karena itu ramai elit politik berhias Islami. Memakai songkok/peci, melakukan kunjungan ke pesantren-pesantren menggandeng ulama dan meminta doa dan nasehat para ulama.

Demokrasi, Akar Masalahnya

Ulama dianggap sangat berpengaruh dalam menentukan dukungan terhadap capres. Sehingga berbagai macam cara di lakukan sampai dengan pendekatan terhadap tokoh-tokoh Islam dan para ulama, namun hanya sebatas kepentingan semata setelah pemilu usai mereka tetap melalaikan bahkan menolak prinsip-prinsip Islam dalam politik. Ini menunjukkan bahwa Islam hanya di manfaatkan untuk meraih kepentingan politik.

Semua ini berlaku di sistem demokrasi yang sangat jelas kebobrokanya, tentu kita tidak lupa dengan perlakuan para penguasa yang sekuler terhadap ulama-ulama yang di kriminalisasi dan para da’i yang di persekusi, Namun ketika membutuhkan suara umat Islam maka para politikus ramai-ramai merangkul tokoh agama. Inilah bukti bobroknya sistem demokrasi yang melakukan segala cara untuk tetap mempertahankan kekuasaannya.Inilah usaha para musuh Islam yang tersirat dalam sistem demokrasi yang berusaha untuk terus mengeksiskan politik kapitalisme.

Umat harus menyadari bahwa demokrasi yang masih menjadi bagian dari sistem kapitalis-sekular ini adalah sistem yang anti Islam, yang pro terhadap aturan barat, aturan selain Islam, yang harus di tolak, maka dari itu harus di sadari bahwa siapa saja yang menjadi penguasa namun sistemnya masih tetap pro terhadap hukum kufur maka takkan mungkin aturan Islam bisa di terapkan secara sempurna. Masyarakat harus sadar bahwa penguasa mendekati para ulama tidak lain hanya bertujuan untuk mencari dukungan pada pemilu yang akan datang.

Imam Bukhari merupakan ulama yang betul-betul berusaha menjauhkan diri dari pintu penguasa apalagi duduk-duduk bersama mereka. Imam Bukhari menghindari untuk memuji para penguasa yang dalam menjalankan pemerintahannya tidak memperhatikan yang hak dan batil. Beliau berkeyakinan bahwa seseorang akan sulit menjaga keistiqamahan dalam beragama jika mereka dekat-dekat dengan para penguasa. Berapa banyak orang-orang shalih yang tergelincir karena berdekat-dekat dengan para penguasa.

Kedudukan Ulama Dalam Islam

Ulama adalah orang yang menunjukkan manusia kepada ajaran yang dibawa para rasul, sedangkan mujahid adalah orang yang berjuang dengan pedangnya untuk membela apa yang diajarkan oleh para Rasul. Ulama membawa misi Islam sebagai agama rahmat bagi seluruh alam, tak ada permusuhan, hidup berdampingan baik muslim maupun non muslim. Kita wajib menjaga persatuan dan kesatuan. Peran ulama menentukan kebaikan dan keburukan masyarakat, Ad-Dariku menuturkan, ketika Said bin Zubair di tanya tentang tanda-tanda kebiasaan masyarakat, ia menjawab “jika ulama mereka telah rusak”.

Di dalam Islam ulama memiliki kedudukan yang sangat mulia. Allah meninggikan derajat orang yang berilmu. Dan Rasulullah SAW menjadikan para ulama sebagai pewarisnya. Akan tetapi, “al jaza’ min jinsil amal” (balasan yang diterima berbanding lurus dengan usaha). Seiring dengan agungnya kedudukan ulama di sisi ulama dan rasulnya ada jalan berat yang harus ditempuh. Jalan berat tidak hanya dalam menuntut ilmu, akan tetapi saat mengamalkan dan mendakwahkan ilmu itu. Karena itu, mulianya kedudukan ulama sebagai penyampai risalah Islam sejatinya untuk menyampaikan dakwah Islam di tengah-tengah umat. Sikap apatis umat terhadap politik saat ini menjadi tugas para ulama sebagai guru umat untuk terus melakukan penyadaran bahwa politik adalah bagian dari Islam.

Stigma bahwa ulama harus bersih dari politik juga perlu diluruskan. Politik dalam Islam terkandung didalamnya aktifitas amar ma’ruf nahi munkar. Mengoreksi kebijakan penguasa yang dzalim merupakan aktifitas politik. Menyeru penguasa untuk menerapkan syariah Islam sebagai aturan kehidupan juga disebut berpolitik. Itulah politik Islam.

Amar makruf nahi mungkar adalah kewajiban seluruh kaum muslim, baik terhadap sesama rakyat maupun penguasa, karena amar makruf nahi mungkar ini membutuhkan ilmu, maka tugas ini banyak diemban oleh para ulama. Apalagi para ulama hakekatnya adalah orang yang hanya takut kepada Allah. Karena itu mereka selalu menjadi tokoh terdepan dalam melaksanakan Muhasabah terhadap penguasa.

Berjuang melawan tekanan para penguasa masa kini dan mengoreksi segala tindakan mereka, pengkhianatan mereka dan konspirasi menentang umat Islam merupakan kewajiban bagi setiap individu kaum muslimin. Perjuangan ini merupakan langkah menuju kebangkitan umat. Kebangkitan Islam tidak akan tercapai tanpa tegaknya pemerintahan yang berdasarkan Akidah Islam Dan tak ada jalan lain untuk menegakkan pemerintahan Islam tanpa berjuang menghadapi penguasa yang zhalim dan mengoreksi jalannya pemerintahan mereka.

Alhasil, peran inilah yang harus diemban oleh para guru umat, yaitu ulama. Di saat umat mengalami kebingungan dalam menentukan sikap politiknya, ulama hadir untuk menuntaskan kebingungan tersebut. Dengan bersandar pada syariah, diharapakan para ulama tak terjebak dengan permainan politik pragmatis versi demokrasi. Yakni, tidak mudah terbawa arus dukung mendukung parpol atau calon tertentu. Terlebih parpol atau tokoh yang dicalonkan belum jelas keberpihakannya pada Islam. Minimnya pendidikan politik pada umat membuat umat terkesan menjauhkan diri dari politik. Inilah yang perlu diluruskan. Islam tak sekedar agama ritual, tapi sistem kehidupan yang mengatur seluruh persoalan hidup manusia. Wallahu’alam

(Isi Di Luar Tanggungjawab Redaksi)

Penulis Adalah Seorang Anggota Smart With Islam Kolaka

Tanggapi Berita Ini