Faktual.net – Jakarta Utara, DK Jakarta – Pada (5/9 – 9/9 2024), Krontjong Muda Indonesia (KMI) berkesempatan melakukan perjalanan budaya ke Malaysia.
Sebagaimana dijelaskan oleh Lisa Michiels, Ketua Yayasan Rumah Budaya Michiels bahwa aktivitas budaya ini adalah dengan tujuan brepartisipasi secara nyata dalam mendukung pelestarian dan pengembangan budaya bangsa terkait musik tradisional khususnya musik keroncong dan menjadi bagian dalam perjalanan pengembangan musik keroncong yang mendunia.
Selain itu, perjalanan ini diharapkan mampu menumbuhkan rasa percaya diri bagi anak-anak Krontjong Muda Indonesia untuk tampil memperkenalkan musik tradisional yang lahir di Indonesia sekaligus menjadi etalase dalam memperkenalkan musik keroncong kepada dunia internasional dan sebagai media promosi yang efektif untuk menyampaikan bahwa musik keroncong adalah musik asli Indonesia yang lahir di Kampung Tugu.
Harapan lain adalah dengan semakin dikenalnya Indonesia sebagai negara asal musik keroncong, hal ini dapat mendorong wisatawan untuk berkunjung ke Indonesia, terutama Kampung Tugu, di pesisir utara Jakarta yang merupakan cikal bakal global city di Indonesia dengan alkulturasi budaya yang terjadi sehingga Kampung Tugu sebagai salah satu destinasi wisata pesisir dan wisata budaya di Jakarta Utara semakin bertumbuh.
Ekspose atas eksistensi dan peran serta Krontjong Muda Indonesia dalam even internasional ini juga diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk mendalami musik tradisional Indonesia sekaligus menumbuhkan rasa cinta tanah air dan kebangsaan.
Sebagai negara dimana musik keroncong lahir dan berkembang, perjalanan ini menjadi kesempatan bagi anak-anak Krontjong Muda Indonesia untuk menambah pengalaman dan belajar untuk menyelenggarakan pagelaran musik keroncong bertaraf internasional, suatu hari nanti.
Selain hal-hal tersebut di atas, partisipasi mereka diharapkan dapat mempererat hubungan Indonesia – Malaysia melalui kerja sama dalam bidang budaya.
Keberhasilan perjalanan KMI ke Malaysia adalah berkat kolaborasi antara Yayasan Rumah Budaya Michiels dengan Universiti Malaya (UM) yang memberikan dukungan penuh dengan menyediakan fasilitas bagi KMI selama berada di Malaysia.
Perjalanan ini turut disponsori oleh Garuda Indonesia dan mendapat dukungan dari Alumni SMA Negeri 52 Jakarta (Lintas Angkatan), Penerbit Karya Musik Pertiwi dan Gema Nada Pertiwi.
Inisiatif perjalanan ke Malaysia adalah untuk berpartisipasi dalam Malaysia International Keroncong Competition (MIKC 2024) dimana kami merasa kagum dengan keseriusan Negara Jiran dalam bidang budaya melalui penyelenggaraan kompetisi keroncong secara internasional yang menurut kami sangat besar dampaknya bagi perkembangan musik keroncong di dunia. Hal tersebut mendorong Yayasan Rumah Budaya Michiels melakukan upaya-upaya untuk membawa KMI yang merupakan bibit muda penerus dan pelestari musik keroncong gaya Tuguan untuk berpartisipasi.
“Sejak awal, tidak ada target untuk menjadi kampium dalam kompetisi yang diikuti oleh peserta dari Indonesia, Brunei Darussalam dan Malaysia tersebut. Kami menyadari bahwa kualitas musikalitas KMI yang baru terbentuk pada 9 Januari 2024 belum dapat disejajarkan dengan 16 peserta lainnya, Namun KMI yang pada saat terbentuk merupakan siswa-siswa kelas XI dan XII dari SMA Negeri 52 Jakarta memiliki semangat yang perlu mendapatkan apresiasi,” demikian Lisa Michiels yang juga merupakan Manager KMI.
“Harapan kami, pengalaman yang KMI pelajari selama di Malaysia dapat membangkitkan semangat, kepercayaan diri dan antusiasme mereka dalam memainkan dan melestarikan musik keroncong, musik asli Indonesia,” tambahnya lagi.
Tidak hanya tampil dalam MIKC, KMI juga tampil dalam intimate concert yang dilakukan di Gedung pertunjukan utama Universiti Malaya, Panggung Eksperiman yang dihadiri oleh hampir lebih 40 undangan yang terdiri dari akademisi dari beberapa universiti di Malaysia di antaranya Universiti Malaya, Universiti Kebangsaan Malaysia dan UiTM Shah Alam, dan bahkan dari Techical Univeristy of Austria, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan beberapa mahasiswa Indonesia di Malaysia, Seniman, Pengusaha dan Branch Manager Garuda Indonesia (Persero) Tbk di Malaysia, Tosan Anda Andika.
Professor Hanafi Hussin dari Univerisiti Malaya menyampaikan bahwa sebagai host acara, Beliau sangat senang karena semua yang hadir memberikan apresiasi atas penampilan anak-anak Krontjong Muda Indonesia yang masih belia namum memilih untuk melestarikan musik asli Indonesia. Dalam kesempatan terpisah, Hanafi menyampaikan bahwa musik keroncong yang berkembang di Malaysia sangat kental dengan musik keroncong yang berkembang di tanah Jawa. Hanafi bahkan tertarik untuk mengembangkan musik keroncong gaya Tuguan di Universiti Malaya.
Andre Juan Michiels yang turut mendampingi Krontjong Muda Indonsia selama di Malaysia mengaku bangga dengan mental yang dimiliki anak-anak tersebut untuk tampil di panggung internasional walaupun pengenalan mereka atas musik keroncong baru seumur jagung. Andre yang merupakan musisi senior dan tokoh keroncong nasional serta merupakan Alumni SMA Negeri 52 Jakarta, bersama-sama dengan Maruli Hutagaol menginisiasi dukungan dari alumni SMA Negeri 52 lintas angkatan bagi KMI yang telah secara nyata melakukan pelestarian musik keroncong.
Barsiah, selaku Kepala SMA Negeri 52 Jakarta menyampaikan, “Harapan bahwa perjalanan anak-anak didik kami ini diharapkan dapat menumbuhkan keseriusan dalam menekuni musik keroncong dan kelak dapat menjadi salah satu pilihan bagi masa depan mereka,” ujarnya.
Pada hari ketiga di Malaysia, KMI berkesempatan tampil di sebuah Heritage House milik Universiti Malaya Cultural and Heritage Research Center (UMCHRC) di Melaka, membawakan beberapa lagu bersyairkan Bahasa Kreol Tugu dan sebuah lagu Fado berjudul Rosa Branca dalam Bahasa Portugis yang berarti Mawar Putih.
Di sini kami juga menyaksikan beberapa tarian yang dibawakan oleh anak-anak yang tergabung dalam Tropa de Santa Maria – Portuguese Settlement, Melaka. Peristiwa kecil di siang itu telah memberikan pelajaran tentang pentingnya menjaga budaya Bangsa dan dapat dilakukan sejak usia dini dan dimulai dari kita.
Tropa de Santa Maria adalah kelompok penari yang dibina oleh Sara Frederica Santa Maria. Bersama suaminya, Roddick G. Sung Rombituon, mereka juga menyediakan dan menyajikan beberapa makan khas dari Portugese Settlement, Kari Debal dan Semur Carni de baka untuk makan siang dan penganan kecil untuk minum sore kari pap, sardine rolls dan pang susis.
Sabine Ferrão yang turut hadir di siang itu sangat terharu dan tidak dapat menjelaskan saat mendengarkan alunan musik dan lagu yang dibawakan oleh Krontjong Muda Indonesia. Sabine berjanji akan datang ke Kampung Tugu dan membantu mempromosikan agar lebih banyak orang khususnya dari Melaka datang ke Kampung Tugu.
Kami sangat bersyukur bisa membawa Krontjong Muda Indonesia ke Malaysia dengan segala tujuan positif dan pengalaman yang sangat berkesan, Lisa juga mengucapkan, “Terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung sehingga diplomasi budaya ini dapat berjalan lancar dan memberikan hasil yang baik.
Reporter: Johan Sopaheluwakan