Faktual. Net, Kendari. Merosotnya nilai tukar RP terhadap US$ tidak luput dari pantauan ketua Kamar Dagang dan Industri Sulawesi Tenggara (KADIN Sultra) La Mandi. Saat berdiskusi dengan faktual.net dikantornya pada Kamis, 27/9/2018, sederhana beliau katakan bahwa melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika akibat Indonesia hampir tidak memiliki cadangan Dollar Amerika sehingga nilai Dollar Amerika terus melambung meninggalkan Rupiah.
Pemilik beberapa usaha di Sultra ini mengatakan bahwa, cadangan Dollar Amerika yang dimiliki Indonesia terus berkurang, sementara perekonomian dalam negeri gagal menarik Dollar Amerika masuk Indonesia. Penyebab terus berkurangnya US$ milik Indonesia akibat utang luar negeri Indonesia yang menumpuk baik utang pemerintah maupun utang swasta. Utang ini terus dibayar setiap bulannya ke Bank-Bank yang ada diluar negeri, salah satunya Bank Dunia dan membayarnya tentu pakai US$.
Ditambahkannya lagi, penyebab lain dari terus berkurangnya cadangan US$ milik Indonesia adalah kebijakan impor yang tidak berimbang dengan kebijakan ekspor. Indonesia terus mengimpor, salah satunya beras dari Vietnam, tentu pembayarannya menggunakan US$.
Putra Wakatobi ini memberikan solusi agar mata uang Rupiah kembali menguat atas Dollar Amerika, menurutnya tidak ada cara lain, satunya-satunya cara yang harus dipikirkan oleh pemerintah saat ini adalah bagaimana cara agar cadangan US$ Indonesia bisa kembali ditingkatkan.
Dilanjutkannya bahwa untuk meningkatkan cadangan US$ hanya dengan dua cara yaitu pertama, stop impor lakukan ekspor, artinya stop membelanjakan mata uang Dollar yang ada di dalam negeri dan segera mengekspor agar mata uang Dollar yang ada diluar negeri masuk ke Indonesia. Kedua tarik investasi dari korporasi luar untuk menanamkan Dollarnya di Indonesia. Uang Dollar milik negara-negara luar bisa masuk ke Indoensia dengan cara mereka berinvestasi di Indonesia baik sektor migas, perkebunan, pertanian dan yang lainnya.
Saat Ini Investasi Dalam Bentuk Smelter Banyak Indonesia, Tetapi Rupiah Tetap Anjlok, Bagaimana Bisa?
Investasi asing dalam bentuk perusahaan-perusahaan Smelter Raksasa di Indonesia adalah bentuk investasi yang merugikan Indonesia. Contoh di Sultra, ada Smelter Raksasa yang secara kasat mata memang “Wah” tetapi kenyataannya investasi ini merugikan Indonesia, sebab mereka berinvestasi tetapi tenaga kerja dari negaranya, mereka bangun smelter semennya dari perusahaan semen milik negaranya yang ada di Kalimantan, bahkan konsumsi dan logistik pekerjanya yang sudah capai puluhan ribu semua dari negaranya.
Ditegaskan La Mandi bahwa bukan investasi demikian yang dia maksudkan. Yang beliau maksud adalah perusahaan asing berinvestasi tetapi tenaga kerjanya adalah anak negeri dan pembagian deviden juga harus jelas, jangan 80-20, 80 % asing, 20% Indonesia, Jangan! minimal 60-40, 60% asing, 40% Indonesia, harus demikian karena yang mereka olah adalah alam kita.
Ditutupnya diskusi, bahwa yang demikian bisa terwujud apabila kebijakan pemerintah pro rakyat bukan pro asing. Karena semuanya tergantung pemerintah, aturan pemerintah yang buat. Buktinya pak Habibie setelah 6 bulan dilantik sebagai presiden RI ke 3, US$ yang 15.000/1 US$ saat ditinggalkan Suharto bisa beliau perkuat sampai berada dikisaran 7.500/1 US$ hanya kurun waktu 6 bulan. Karena setelah beliau dilantik kebijakan ekonomi yang pertama beliau lakukan adalah stop impor, perkuat ekspor.