faktual.net, Kendari, Sultra. Demi mewujudkan lembaga kemahasiswaan yang profesional, mandiri dan berintegritas, Ketua Dewan Penyantun STIE 66 Kendari, Sudarmanto Saeka, SE.,M.Si mengadakan dialog kemahasiswaan yang bertempat di Aula kampus, dialog menghadirkan narasumber Aco Rahman Ismail, ST yang merupakan Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo periode 2006 – 2007 dan La Ode Nasrun Reli, S.Pd.
Dihadapan para petinggi lembaga Kemahasiswaan STIE 66 Kendari yang terdiri dari BEM STIE 66, MPM STIE 66, HMA STIE 66, HMM STIE 66, Aco Rahman Ismail mengajak para aktivis kampus tersebut untuk menjadi personal yang cerdas.
Pria yang akrab di sapa Abu Ken tersebut, mengatakan jika era aktivis saat ini tentu jauh berbeda dengan era dirinya di tahun 2006 – 2007. Tentu stategi dan taktik untuk memajukan dan membesarkan lembaga kemahasiswaan pasti berbeda.
“Era kami dan era teman – teman jauh berbeda. Teman – teman mahasiswa saat ini berada diera digital, era dimana informasi dari belahan dunia dapat diakses dengan begitu cepat”, ucapnya.
Aco kepada pengurus lembaga kemahasiswaan STIE 66 mengatakan bahwa keberhasilan seorang aktivis kampus bukan diukur dari seberapa banyak melakukan demostrasi, tetapi keberhasilan aktivis kampus diukur manakala mereka mengakhiri keberadaannya dikampus dengan nilai yang baik.
“Seorang aktivis kampus, harus bisa selesaikan kuliah dengan hasil yang baik. Seorang aktivis kampus yang tidak selesai kuliahnya maka aktivis tersebut dikatakan gagal. Mengapa tidak, mengurus dirinya saja tidak bisa bagaimana mau mengurus orang lain”, tambah Aco pada Sabtu, 3 Juli 2022.
Aco juga mengatakan, sebagai aktivis kampus, jangan sedikit – sedikit demonstrasi sebab dirinya beranggapan demonstrasi bukan jalan awal untuk menyelesaikan sebuah masalah tetapi menjadi pilihan terakhir, sebab langkah awal menyelesaikan masalah baik itu isu lokal maupun nasional adalah dengan jalan dialog.
Aco juga mengajak kepada para intelek kampus STIE 66 untuk membangun kekompakan, menjaga solidaritas, saling memberikan dukungan positif antar sesama civitas akademika baik yang masih berada dikampus maupun yang telah menjadi alumni.
Menjawab pertanyaan salah seorang peserta tentang bagaimana caranya menjaga kekompakan didalam sebuah organisasi yang ada permasalahan, mantan aktivis HMI tersebut menjawab bahwa hendaknya masalah didalam organisasi diselesaikan dengan mengedepankan kedewasaan, bukan ego.
“Masalah didalam organisasi pasti akan selalu ada, selesaikan masalah tersebut secara internal, dudukkan secara bersama, jangan masalah internal organisasi dibawa ke pihak eksternal, lakukan Kritiik Oto Kritik terhadap sesama pengurus, jadikan kedewasaan sebagai panglima untuk menyelesaikan masalah”, tutupnya.
Reporter : Asrun Awey Ali