Tanpa Dukungan Pemda, Seniman Lamongan Sukses Gelar Lamonganoise

Faktual. Net, Lamongan. Seniman Lamongan kembali sukses menggelar festival Lamonganoise walaupun tanpa dukungan pemerintah daerah. Kegiatan ini merupakan titik kumpul orang-orang kreatif yang atas nama seni dengan segala kerendahan hati bisa menjadi satu.

Di festival ini berkumpul para seniman dari berbagai aliran, mulai dari teater, metalhead, grunge, musisi tradisional, pelukis, penyair, penari, pelaku film indie, dan beberapa pelaku seni lainnya berbagi unek-unek, permasalahan kehidupan, serta gagasan tentang kesenian di era millenial dalam balutan festival dengan semangat kolektifan dan gotong-royong.

Saat dijumpai media,  Ismail yang merupakan panitia dari festival ini menjelaskan tentang hal ihwal festival ini bernama Lamonganoise.

“Kelihatannya keren saja karena Lamongan kan berakhiran N jadi seirama saja dengan Noise yang berawal N. hehe. Makna dari Lamonganoise adalah keinginan membuat sesuatu yang “Noise” alias berisik lewat karya seni,” jelasnya pada Selasa malam, 2/10/2018 bertempat di Sadar Coffe tempat diselenggarakannya festival.

Disebutkannya bahwa festival Lamonganoise kali ini adalah yang ketiga kalinya. Acara Lamonganoise yang pertama berhasil terlaksana pada tanggal 16 April 2017. Saat itu hanya menampilkan band-band indie pop, rock, hardcore, metal, pembacaan puisi, dan MC dari anak teater. Karena responnya bagus maka dibuat edisi yang kedua dengan menambahkan bidang kesenian lain.

Baca Juga :  Politeknik Indotec Kendari Resmi Dihibahkan ke Muhammadiyah

Lebih lanjut Ismail menyebutkan bahwa semua hal yang berbau seni ditampilkan, mulai seni rupa, musik, teater, puisi, tari, dan sebagainya. Konsepnya adalah pementasan seni disuguhkan tidak hanya untuk satu segmen saja, tetapi ada 1 panggung pertunjukkan yang dikelilingi oleh beberapa pameran seni rupa.

Pada edisi yang ketiga ini panitia mengusung tema ‘Nandur Kulinan’. Nandur Kulinan yang berarti menanam kebiasaan memiliki makna bahwa semoga Lamonganoise yang ketiga ini bisa konsisten, istiqomah, terus berlanjut dengan konsep yang lebih baik dan tema yang lebih menarik.

Ditempat yang sama, Slamet Niko yang juga merupakan panitia kegiatan mengatakan bahwa kegiatan yang berlangsung 2 hari ini terselenggara dengan dana patungan dari seluruh panitia dan peserta.

“Karena awalnya memang ditujukan untuk bersenang-senang, jadi lewat uang kita, kita bikin pagelaran ini. Siapa saja boleh menyumbang untuk acara ini. Tapi kita pantang untuk mengemis,” tegas Slamet Niko.

Slamet mengatakan bahwa kondisi Lamongan saat ini lagi kurang baik, maka kami dari seniman Lamongan menyuarakan aspirasi kami kepemerintah daerah melalui jalur seni, dengan maksud pemerintah merespon suara hati seniman secara khusus dan suara hati masyarakat Lamongan secara umum.

“Harapan untuk Lamonganoise hari ini dan kedepannya adalah semoga bisa menyuarakan keadaan Lamongan yang nampak sedang tidak baik-baik saja, lewat seni tentunya. Karena melalui seni semuanya terasa indah dan menyenangkan. Jika pesan yang kami sampaikan tidak bisa merubah keadaan maka tidak apa-apa,” kata Slamet Niko.

Baca Juga :  Tuntut Keadilan, Didit Minta Cabut Sementara Izin Operasional Swalayan Marina Mart di Kendari

Dia mengatakan bahwa tidak semua panitia dan peserta festival adalah seniman murni, tetapi semua panitia, peserta dan pendukung kegiatan bersepakat bahwa lewat jalur seni, mereka akan menyuarakan aspirasi kepada pemerintah untuk membaikkan kondisi daerah tersebut.

“Tidak semua dari kami adalah kalangan seniman, tapi kami menyepakati bahwa lewat seni kami hendak mengutarakan sebuah pesan. Sebuah pesan tentang keinginan melihat Lamongan yang berkeadilan, bersih, gemah ripah loh jinawi toto tentrem kerto raharjo, dan baik-baik saja,” tegasnya.

Untuk diketahui bahwa sampai festival ini telah terselenggara untuk ketiga kalinya, pemerintah daerah Lamongan belum menaruh respon dan perhatian pada festival ini.

Penulis : Arianto

Tanggapi Berita Ini