Refleksi Orientasi Kepeloporan Gerakan Mahasiswa di Abad 21, DPK GMNI FISIP-UHO Gelar Dialog di Pelataran Tugu

📷Ketgam: Sesi foto bersama saat usai dialog di Tugu Universitas Halu Ole Kendari.

Faktual.Net, Kendari, Sultra – Dewan Pengurus Komisariat (DPK) Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) sukses menyelenggarakan dialog dan diskusi pergerakan di Pelataran Tugu Universitas Haluoleo Kendari, Rabu 08/12/2021.

Kegiatan ini ini dengan mengusung tema “Mendobrak Pergerakan Dan Kepeloporan Mahasiswa di Abad 21”.

Kegiatan dialog dan diskusi ini bertempat di pelataran tugu UHO dengan beberapa undangan yang turut hadir membersamai baik ketua-ketua paguyuban maupun organisasi Nasional lainnya dan narasumber yang hadir dari pengurus DPD GMNI Sultra bidang Koperasi Dan UKM yang juga Ketua BEM Universitas Sulawesi Tenggara 2020-2021 Adi Maliano dan Idul Cahya Saralimpu dari kolektif pucuk gulma yang juga Mentri pergerakan mahasiswa UHO 2017 yang di rangkaikan dengan Lapak Baca dan Pembacaan Puisi.

Rasmin Jaya selaku sebagai nahkoda DPK GMNI FISIP-UHO dalam sambutannya menyampaikan bahwa, dialog yang di selenggarakan lanjutan dari beberapa diskusi dan dialog yang di lakukan sebelumnya menyoal tentang Peran Dan Strategi Kelembagaan Mahasiswa Dalam Merespon Isu Lokal Maupun Nasional sekaligus refleksi tentang orientasi pergerakan mahasiswa yang akhir – akhir ini mulai menurut drastis.

Suasana dialog di pelataran Tugu UHO dengan sejumlah peserta kader-kader GMNI.

“Suatu kondisi dimana kritik dan perlawanan elemen mahasiswa dan rakyat sangat sepi atau bahkan tidak ada dalam riak-riak suara senandung perjuangan sebab pukulan penguasa dalam hal ini terbilang kuat, Apa lagi di tengah badai Covid 19 yang membatasi aktivitas masyarakat,” ungkapnya.

Rasmin Jaya juga selaku ketua komisaris DPK GmnI FISIP-UHO menegaskan untuk kita memahami hal itu seluk beluk carut marut gerakan mahasiswa dengan berbagai pengalaman pahit yang telah dilalui maka merasa bahwa pecah dan porak porandanya gerakan dan barisan elemen mahasiswa karena di landa oleh kepentigan kelompok pragmatisme yang transaksional dan berbagai ragam penghianatan yang hanya sampai pada kepentingan tenggorokan.

Baca Juga :  Terungkap Motif Menantu Bunuh Mertua di Kendari Dari Rencana Santet Hingga Bakar Rumah

Kurangnya keseragaman metode berpikir mahasiswa selalu melahirkan sektarian gerakan sehingga masing – masing mengambil tafsiran dan sikap sendiri, yang bersimpang siur dan saling berbenturan sesama kawan. Lupa pada tujuan bersama yang tidak mengganggap bahwa rakyat itu bukan orientasi utama.Oleh karena itu dengan kita mengharapkan suatu metode dankombinasi perjuangan dengan adanya kesatuan tafsir revolusi dan tujuan bersama sama seperti yang di cita citakan, karena nafas yang mengantarkan kita adalah keyakinan, kesatuan tafsir perjuangan adalah berarti kesatuan landasan, tujuan dan langkah bersama,” Ungkap Rasmin Jaya.

Adi Maliano juga selaku Pengurus DPD GmnI Sultra bidang Koperasi dan UKM dalam pemaparannya bahwa kondisi gerakan mahasiswa di Sultra harus ada upaya untuk menetralisir hal- hal yang menyimpang dari tujuan utama Rakyat. Sala satu dari beberapa hal yang di tawarkan adalah pimpinan kelembagaan mahasiswa itu harus matang secara ekonomi dan harus mampu mempertahankan idealisme keyakinannya.

📷Ketgam: Samping kiri Rasmin Jaya Ketua DPK GMNI Fisip UHO, ditengah Adi Maliano Kabid Koperasi dan UKM DPD GMNI Sultra, samping Kiri Idul Cahaya Salimpu, Kolektif Pucuk Gulma

“Dalam penguraiannya tidak sedikit beberapa kelompok mahasiswa dan oknum yang selalu menggadaikan gerakan atas nama rakyat sehingga kepercayaan dan simpati masyarakat sangat menurun drastis dalam merespon isu lokal maupun nasional,” tutur Adi Maliano.

Adi Maliano juga memberikan beberapa hal yang menjadi penting dalam kelembagaan mahasiswa bahwa harus Kreatif, komunikatif dan kolaborasi apa lagi di tengah gencarnya media dan teknologi di era 4.0.

“Di era 4.0 harus di manfaatkan dengan sebaik baiknya dalam mendorong instrumen pergerakan dan Perjuangan,” ujar Adi Maliano.

Sementara itu, Idul Cahya Saralimpu dari Kolektif Pucuk Gulma juga membeberkan berbagai persoalan yang timbul dalam orientasi dan pergerakan mahasiswa yang cukup akut, yang banyak menyita simpati dan perhatian.

Baca Juga :  Jumlah Angka Kecelakaan Arus Mudik dan Balik 2024 Turun 43 Persen, Polda Jateng Apresiasi Kepatuhan Masyarakat

“Masalahnya adalah beberapa kelompok mahasiswa membangun kelas-kelas sosial baru baik sesama mahasiswa maupun di tengah masyarakat bahkan menjauhkan diri dari persoalan yang itu timbul di tengah keresahan rakyat,” ungkapnya lagi.

Ia juga menyinggung soal nasionalisme terhadap kecintaan kita kepada tanah air yang bermakna sangat filosofis dengan latar belakang geografis yang sama dan nasionalisme juga bisa di artikan sebagai sikap patuh terhadap negara yang sampai sekarang belum ada tafsir yang sama terhadap nasionalisme yang sesungguhnya itu seperti apa karna negara dan pemerintah belum menetapkan sikap baku.

lebih lanjut, merefleksi bahwa gerakan skala besar mahasiswa yang ada di Sulawesi Tenggara khususnya di Universitas Haluoleo, Kelompok dan instrumen gerakan semakin menjauhkan diri dari lingkaran di tambah lagi dengan sikap reaksioner yang berbeda- beda dalam tubuh mahasiswa itu sendiri. Tetapi sejatinya bahwa perjuangan terhadap pergerakan nasional berimplikasi terhadap perjuangan diri sendiri bahwa perjuangan terhadap harkat dan martabat kemanusiaan sangat penting di banding dengan ongkos yang menggadaikan gerakan.

“Tentunya konsolidasi gerakan dan mobilisasi massa rakyat harus menggunakan metode aksi dan pola yang matang karena kita melawan berbagai parodi kekuasaan elit dan bukan hanya kesadaran yang di butuhkan tetapi juga kualitas gerakan strategi dan taktik yang dibangun. tuturnya dalam akhir diskusi,” tutup Idul Cahya.

Reporter: Kariadi

Tanggapi Berita Ini