Benteng Keraton Buton, Terluas Di Dunia Milik Sulawesi Tenggara
Sebarkan artikel ini
Faktua. Net, Bau-Bau. Sulawesi Tenggara merupakan provinsi di Indonesia yang memiliki banyak sumber daya alam dan tempat wisata yang mengagumkan. Di Sulawesi Tenggara terdapat sebuah benteng yang menjadi benteng terluas di dunia, namanya Benteng Keraton Buton. Benteng Keraton Buton terletak di Kota Bau-bau, Pulau Buton, Sulawesi Tenggara.
Benteng peninggalan Kesultanan Buton ini memiliki luas lebih dari 22 hektare dengan panjang 2.740 meter. Benteng keraton Buton mendapatkan predikat benteng terluas di dunia dari Rekor Dunia Indonesia dan Guiness Book of Record di tahun 2006. Benteng Buton lebih luas dari pada benteng kerajaan Denmark. Benteng ini dipelihara oleh warganya dengan baik. Rumah di dalam kawasan benteng juga masih menggunakan model rumah panggung dengan arsitektur adat Buton.
Selain bisa menyaksikan benteng yang kokoh berdiri di sepanjang perbukitan Wolio dan indahnya pemandangan kota Bau-Bau dari ketinggian, di sini kita bisa merasakan kentalnya nuansa islami dengan adanya Masjid Keraton Buton. Masjid berlantaikan marmer yang berukuran kurang lebih 40 m2 ini dibangun pada tahun 1712 dan menjadi masjid tertua di Sulawesi Tenggara. Dibangun pada masa Kesultanan Sultan Sakiuddin Durul Alam, juga menjadi lambang kejayaan Islam pada masa itu.
Benteng Keraton Buton punya 12 pintu gerbang dengan 16 pos jaga. Dan di tiap pintu gerbang, ada empat hingga enam meriam. Benteng ini juga dilengkapi dengan gudang mesiu yang disebut godana-oba gudang peluru di sebelah kiri. Benteng keraton Buton dibangun oleh Sultan ke-4 Kesultanan Buton, Dayanu Ikhsanuddin (1507-1631) karena rakyat Buton menerima banyak serangan bajak luat. Untuk menghalau serangan, benteng dibangun dengan 16 pos jaga.
Benteng ini dibangun dalam kurun waktu 13 tahun. Pengerjaannya melibatkan semua kaum pria yang berada di wilayah Kesultanan. Benteng yang dibangun pada abad ke-16 oleh Sultan Buton III bernama La Sangaji yang bergelar Sultan Kaimuddin (1591-1596) ini memiliki 3 komponen. Pertama, Badili atau meriam. Obyek wisata ini merupakan meriam yang terbuat dari besi tua yang berukuran 2 sampai 3 depa. Meriam ini bekas persenjataan Kesultanan Buton peninggalan Portugis dan Belanda yang dapat ditemui hampir pada seluruh benteng di Kota Bau-Bau.
Kedua, Lawa dalam bahasa Wolio adalah pintu gerbang. Lawa berfungsi sebagai penghubung keraton dengan kampung-kampung yang berada di sekeliling benteng keraton. Terdapat 12 lawa pada benteng keraton. Ke-12 lawa memiliki masing-masing nama sesuai dengan gelar orang yang mengawasinya, penyebutan lawa dirangkai dengan namanya. Setiap lawa memiliki bentuk yang berbeda-beda tapi secara umum dapat dibedakan baik bentuk, lebar maupun konstruksinya ada yang terbuat dari batu dan juga dipadukan dengan kayu, semacam gazebo di atasnya yang berfungsi sebagai menara pengamat.
12 Nama lawa di antaranya: Lawana Rakia, Lawana Lanto, Lawana Labunta, Lawana Kampebuni, Lawana Waborobo, Lawana Dete, Lawana Kalau, Lawana Wajo atau Bariya, Lawana Burukene atau Tanailandu, Lawana Melai/Baau, Lawana Lantongau, dan Lawana Gundu-gundu.
Ketiga Baluara berasal dari bahasa portugis yaitu baluer yang berarti bastion. Baluara dibangun sebelum benteng keraton didirikan pada tahun 1613 pada masa pemerintahan La Elangi/ Dayanu Ikhsanuddin (Sultan Buton ke-4) bersamaan dengan pembangunan ‘godo’ (gudang). Dari 16 baluara dua diantaranya memiliki godo yang terletak di atas baluara tersebut. Masing-masing berfungsi sebagai tempat penyimpanan peluru dan mesiu. Setiap baluara memiliki bentuk yang berbeda-beda, disesuaikan dengan kondisi lahan dan tempatnya. Nama-nama baluara dinamai sesuai dengan nama kampung tempat baluara tersebut berada.
Nama kampung tersebut ada di dalam benteng keraton pada masa Kesultanan Buton. 16 Nama Baluara, yaitu: Baluarana Gama, Baluarana Litao, Baluarana Barangkatopa, Baluarana Wandailolo, Baluarana Baluwu, Baluarana Dete, Baluarana Kalau, Baluarana Godona Oba, Baluarana Wajo/ Bariya, Baluarana Tanailandu, Baluarana Melai/ Baau, Baluarana Godona Batu, Baluarana Lantongau, Baluarana Gundu-gundu, Baluarana Siompu dan Baluarana Rakia.