Faktual.Net, Jakarta. Tahun 1985 Ai Syarif memulai kariernya sebagai penari di Swara Mahardhika pimpinan Guruh Soekarno Putra, 1988 pertama kali ikut pergelaran tari di Austria dan 5 kota di Jerman, Ai memutuskan menjadi penari profesional kemudian bergabung di Studio 26-Ati Ganda, Bagoes Indonesia-Ratna Doemillah, serta Pentasindo-Denny Malik. Tahun 1993 -2004 bekerja sebagai pengarah gaya di majalah Gadis. Tahun 2004 – 2008 Fashion editor di Majalah Dewi, 2008 – 2013 di Majalah Highend dan Highend Teen sebagai Managing Editor. Dari sinilah awalnya Ai mulai tertarik dan menekuni bidang fashion. Tahun 2004 belajar di ESMOD (I’ Ecole Superieure des Arts et teknik de la Mode). Kemudian tahun 2004 mulai aktif meliput Paris Fashion Week dan Milan Fashion Week.
Tahun 2003 belajar vokal dari Tony Sianipar – Elpas Singer, 2011 belajar Dining Etiquette (The Academy of Modern Etiquette Singapore) setelah itu aktif memberikan pelatihan kepribadian dan table manners. Tahun 2000 mendalami teknik ballet dan jazz ballet di Flex Point serta di Namarina Dance Academy. Tahun 2006 mengikuti misi budaya dan mendirikan Warna Indonesia, 2008 membuka butik White Box, 2009 membuat label sendiri ‘Ai Syarif 1965’, sejak 2014 aktif menampilkan karyanya di Den Haag, Hong Kong, Kuala Lumpur, Bangladesh, London dan Nepal. Tahun 2014 – 2015 Host di sebuah TV swasta program “Shopaholic” dan “OMG Cantiknya”. Sejak tahun 2015 bergabung bersama Jakarta Fashion Week sebagai Creative Advisor.
Pada perayaan 25 tahun Ai Syarif berkarya ditampilkan pula fashion show beberapa rancangannya oleh para model. Busana rancangannya dapat dijumpai di Butik Fashion Link lantai 2 Senayan City. Ai didampingi para sahabatnya antara lain tampak hadir Denny Malik, Hedi Yunus, Soraya Haque, Lia Chandra Sari dan lain- lain. Dress code para tamu undangan Hitam Putih.
“Hitam Putih melambangkan jiwa manusia yang baik dan buruk. Bagaimana kita sanggup memunculkan warnah putih yang berarti kebaikan. Dapat pula diartikan warna kulit, kita tak dapat memilih jenis warna kulit ketika lahir. Jadi apapun jenis warna kulit, agama, ras janganlah dianggap perbedaan tapi marilah bersama-sama berbuat kebaikan untuk sesama,” ujarnya saat ditanya oleh awak media di Fashion Link , Senayan City Jakarta Selatan, pada Rabu, 18/9/2019.
Ai, nama singkatan dari Harry adalah anak ke 5 dari 7 bersaudara, yang sedari kecil sudah mencari uang sendiri dengan berjualan kue meskipun orang tuanya terbilang mampu, namun Ai kecil berusaha mandiri, kemudian setelah beranjak remaja menggeluti beraneka ragam profesi. Ai berpesan pada generasi millenial agar terus belajar dan jangan ragu untuk mencoba hal-hal baru karena semakin banyak ilmu dan pengalaman yang kita miliki kita akan mudah survive,” ungkap Ai yang selalu energik dan murah senyum.
“Selain membangun karir jangan lupa dengan masyarakat yang kurang beruntung, Ai prihatin dengan anak-anak di daerah yang belum mengenyam pendidikan, kalaupun ada yang bersekolah namun sarana dan prasarana belum memadai oleh sebab itu Ai mengajak rekan-rekan, sahabat dan masyarakat yang peduli pendidikan untuk mengumpulkan
buku – buku bekas, buku bacaan, buku tulis yang akan dusalurkan ke daerah-daerah terpencil. Buku dikumpulkan di fashion link mulai (18 September hingga 18 Desember) bekerja sama dengan Wahana Visi Indonesia sebuah yayasan kemanusiaan yang fokus memberi bantuan pada anak- anak, mendampingi masyarakat di 52 wilayah di 13 Provinsi di Indonesia. Untuk pengiriman buku ke daerah bekerja sama dengan Jet Express,” pungkas Ai Syarif yang berencana akan menunaikan ibadah haji.
Reporter : Rizal