Faktual.Net, Konawe, Sultra. Berawal dari keprihatinan melihat serakan sampah tongkol jagung, banyak tersebar di kebun warga Desa Atodopi, Kecamatan Padangguni, Kabupaten Konawe. Rohmawati, Fasilitator Desa Atodopi Program Rural Empowerment and Agricultural Development Scalling-up Initiative (READSI), lalu berpikir untuk memanfaatkan sampah tongkol jagung tersebut. Ia mengajak rekannya seorang penyuluh pertanian di Desa Atodopi berdiskusi bagaimana cara memanfaatkan tongkol jagung yang berserakan itu.
“Saya lalu berdiskusi dengan rekan penyuluh pertanian untuk memanfaatkan tongkol jagung yang berserakan tersebut agar termanfaatkan menjadi wadah tumbuh tanaman jamur paku, sebagai salah satu varian sajian menu lauk-pauk keluarga yang cukup bergizi, dan bernilai ekonomi.” cerita Rohmawati memulai penuturannya, Senin, (22/12/2020). Hasil dari diskusi tersebut menurut Rohmawati, disambut baik oleh rekan penyuluh pertanian. Selanjutnya mereka mengorganisir para perempuan anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Cahaya Indah, yang tergabung dalam Program READSI mengumpul sampah tongkol jagung.
Sebanyak enam karung tongkol jagung ukuran 50 kg berhasil terkumpul dalam sehari. Hari berikutnya adalah menyiapkan bahan-bahan yang dibutuhkan, seperti boks sebagai wadah untuk membuat tempat fermentasi, ukuran 1×2 meter berbahan dasar bambu dan papan, terpal untuk pembungkus dibagian dalam wadah, pupuk urea dan ragi serta air secukupnya. Bahan dan alat yang dibutuhkan tidaklah sulit diperoleh, menurut Rohmawati, anggota KWT mempersiapkan alat dan bahan memakan waktu dua hari, setelah terkumpul, selanjutnya masuk tahap pengolahan yang memakan waktu kurang dari satu jam.
Berikut adalah alat dan bahan yang dibutuhkan untuk membuat jamur paku. Pertama buat wadah seperti boks untuk fermentase berasal dari bambu dan papan ukuran satu kali dua meter, ember ukuran 15 liter untuk tempat mencampur bahan. Adapun bahan yang dibutuhkan yaitu tongkol jagung, sebanyak 6 karung, dedak 3 kg, pupuk urea 1 kg, ragi tape 12 butir serta air secukupnya. Langkah pembuatannya, pertama buat campuran ragi, dedak dan pupuk urea aduk dalam ember, langkah kedua siapkan wadah boks, lapisi terpal bagian dalamnya, langkah ketiga masukan 3 karung tongkol jagung kedalam boks secara merata, lalu taburi dengan bahan campuran ragi, dedak dan pupuk urea tadi, selanjutnya sisa 3 karung tongkol jagung ditumpuk lagi secara merata dan taburi kembali dengan sisa setengah dari campuran ragi, dedak dan pupuk urea, selanjutnya siram air satu ember ukuran 10 liter atau hingga lembab, setelah itu ditutup kembali dengan terpal.
Saat proses pemeliharaannya, anggota KWT Cahaya Indah membagi tugas tiap orang melakukan penyiraman pagi dan sore. Jangka waktu fermentase hingga panen yaitu 14 hari, selanjutnya hari ke 15 dan selanjutnya bisa dipanen tiap hari hingga 20 sampai 25 hari kedepan. Tanda-tanda yang bisa memeperlihatkan proses fermentase sukses adalah terdapat bintik-bintik putih yang melengket pada tongkol jamur.
Menurut Rohmawati, dari empat percobaan yang dilakukan oleh empat orang anggota KWT dirumah mereka masing-masing, seluruhnya telah berhasil panen, dan persentase kegagalannya tidak ada asal semua tahapan dan bahan memenuhi ukuran alias perbandingan.
Saat ini, percobaan fermentase proses pembuatan jamur paku yang dilakukan oleh anggota KWT Cahaya indah sudah panen tiap hari, dan hasilnya dipergunakan untuk konsumsi keluarga anggota KWT. “Ibu-ibu mengaku belum mau menjual, sebab akan dipakai sendiri untuk konsumsi sebagai varian makanan dirumah sendiri, sebab harga jamur di pasar tradisional saja dianggap mahal oleh ibu-ibu yaitu kisaran 15 ribu per liter,” urai Rohmawati.
Meskipun sampai saat ini jamur paku produksi KWT Cahaya Indah belum dipasarkan, namun hasil panennya bisa untuk dikonsumsi untuk keluarga, ini artinya anggota KWT Cahaya Indah berhasil menekan pengeluaran belanja rumah tangga khususnya lauk-pauk.
Sampah tongkol jagung di Desa Atodopi, Kecamatan Padangguni, Kabupaten Konawe, yang tadinya berserakan tidak termanfaatkan atau langsung dibakar setelah kering, kini sudah sangat berharga, bahkan diperebutkan oleh ibu-ibu untuk dimanfaatkan sebagai media tumbuh jamur paku, salah satu tambahan varian menu keluarga.
Reporter : Wa Ode Deli Yusniati