Reuni 212 Untuk Siapa?

Faktual.Net, Jakarta. Reuni 212 sebentar lagi akan berlangsung. Umat Islam di Indonesia menyambut dengan suka cita bahkan ada yang rela berjalan kaki ratusan kilo meter untuk menghadiri acara akbar yang fenomenal ini karena bus-bus yang telah dipesan jauh-jauh hari tiba- tiba membatalkan pesanan. Tapi di pihak lain ada pula yang merasa terganggu, merasa seolah-olah Reuni 212 akan memecah belah bangsa dan tidak pro NKRI harga mati.

Adapula yang menganggap khilafah akan bangkit dan akan menggantikan pancasila sebagai dasar negara sehingga ada pihak- pihak yang ingin menggagalkan acara ini, atau menginginkan acara tetap berlangsung tetapi dihadiri dengan sedikit massa. Berbagai konferensi pers bahkan demopun digelar untuk membatalkan acara reuni ini.

Untuk memberi informasi yang benar kepada publik, Tabloid Media Umat mengadakan diskusi publik yang diadakan di Gedung Joeang 45 Menteng, Jakarta Pusat pada Kamis, 29/11/2018 mengangkat tema,’ Reuni 212 Untuk Siapa?’. Menghadirkan Pembicara Ustadz Ismail Yusanto dan Mustopa Nahrawardaya dari Majelis Pustaka Informasi Muhammadiyah.

Baca Juga :  Buka Puasa Bersama Wartawan, Kadiv Humas Bicara Pentingnya Peran Media Kawal Agenda Nasional

“Saat reuni 212 berlangsung akan ada live conference dari Madinah oleh Habib Riziq Shihab, Reuni 212 dilaksanakan untuk memunculkan kesadaran komunal, yang tidak semangat akan kembali bersemangat dan optimis karena merasa tidak sendiri menghadapi ketidakadilan,” ujar Ustadz Ismail Yusanto.

“Reuni 212 untuk rakyat yang peduli demokrasi karena saat ini masih banyak terjadi kasus yang memutarbalikkan fakta yang benar disalahkan dan yang salah dibenarkan, pembunuhan karakter pada ulama sehingga ada ulama yang digambarkan dengan stigma negatif sehingga banyak diantara sesama muslim saling menghujat akibat terprovokasi dengan berbagai isu dan gosip di media sosial yang disinyalir dapat menyudutkan salah satu Capres,” imbuh Ustadz Ismail.

Mustofa Nahrawardaya juga turut menyampaikan rasa prihatinnya terhadap Pilpres 2019 yang dianggap aneh dan tidak masuk akal jika pemerintah yang berkuasa sekarang mewajibkan para orang gila untuk turut serta memilih/nyoblos. “Ini yang pertama didunia dan Indonesia adalah negara pertama yang membuat peraturan yang sangat tidak wajar. Karena gila dan tidak bisa berfikir bisa saja orang gila ini diarahkan untuk memilih capres tertentu. Hal ini tidak boleh dibiarkan terjadi,” tegas Mustofa.

Baca Juga :  4 Jenderal Polri Kompak Bareng Polwan dan Wartawan Sebar Kebaikan di Bulan Ramadan

“Untuk Umat Islam hadirilah reuni 212 karena Reuni ini untuk menunjukkan ukhuwah umat Islam di Indonesia masih ada. Inilah cara kita untuk melawan Rezim yang anti Islam. Ketidakadilan semakin menganga hukuman cuma ditujukan ke kelompok yang berlawanan arah politiknya. Kegaduhan dilakukan oleh para elit politik sehingga rakyat jadi resah. Umat punya alasan untuk menuntut keadilan. Mengibarkan bendera tauhid untuk merefleksikan keagamaan kita,” pungkas Ustadz Ismail.

Reporter : Rizal

Tanggapi Berita Ini