Arus Balik Dukungan Tak Terbendung, Risma-Gus Hans Diyakini Pimpin Jawa Timur

Oleh: Abd. Aziz

Juru Bicara Tim Pemenangan Paslon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur, Tri Rismaharini-Zahrul Azhar Asumta (Gus Hans).

Gus Hans Diy
Juru Bicara Tim Pemenangan Paslon Gubernur dan Wakil Gubernur J Kini, Advokat dan Legal Consultant Firma Hukum PROGRESIF LAW, Mediator Non Hakim, Lecture, Analis Politik, dan Kolumnis.

Faktual.net – Jawa Timur – Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri memiliki atensi khusus pada Pilkada di Pulau Jawa, khususnya Jawa Timur. Pasalnya, selain Jatim dikenal sebagai barometer politik nasional, juga karena adanya gelombang arus balik dukungan masyarakat non partisan pada Risma dan Gus Hans yang kian tak terbendung!

Terbukti, di berbagai Kota dan Kabupaten yang konon menjadi basis lawan politiknya, ribuan warga yang tak berafiliasi dengan partai politik, ber-migrasi. Berbondong berbalik dukungan ke Ibu Risma dan Gus Hans. Itulah alasan utama, mengapa Ibu Mega, biasa disapa, pekan lalu turun gunung ke Jawa Timur. Bertemu para kader struktural yang duduk di kursi legislatif maupun eksekutif, para calon kepala daerah Kabupaten dan Kota serta Provinsi di Hotel ternama di Surabaya.

Alasan Ibu Megawati beranjak dari kawasan Teuku Umar, Jakarta Pusat menyapa kader-kader militan di Jatim, tak lain karena kedekatan dengan Ibu Risma, yang sejak menjabat Wali Kota Surabaya (2010-2020) mencuri perhatian publik, baik di dalam maupun luar negeri.

Sosok Risma yang biasa ceplas-ceplos, apa adanya, sederhana, dekat dengan wong cilik, diasosiasikan sebagai pemimpin yang jujur, dan transparan dalam mengelola anggaran. Komitmen memajukan Jawa Timur sudah dibuktikan dengan wajah Kota Pahlawan yang kini bersih dan indah.

Tak saja bersih dari sampah yang berserakan, juga praktik korupsi yang biasa terjadi.

Lalu, mengapa warga sipil bergerak mengalihkan dukungan ke Ibu Risma? Bahkan, menjadi fenomena yang cukup menarik karena terjadi sejak 2 pekan menjelang coblosan pada 27 November mendatang. Setidaknya, ada 4 alasan warga non partisan dalam gelombang arus balik dukungan pada Ibu Risma dan Gus Hans. Oleh banyak kalangan, kelima alasan ini menjadi peluang besar bagi Ibu Risma dan Gus Hans untuk memenangkan perhelatan Pilkada Jawa Timur.

Pertama, kegigihan Ibu Risma dalam memimpin jantungnya Jawa Timur dan berhasil membawa Surabaya ke tingkat dunia, membuat Ibu Risma dinobatkan sebagai satu diantara 50 pemimpin dunia, seperti dilansir majalah Forbes. Tak tanggung-tanggung, Ibu Risma mampu mengalahkan prestasi Gubernur Jawa Timur sekalipun. Pada tahun 2024 misalnya, Ibu Risma yang duduk sebagai Menteri Sosial dipercaya untuk tampil di Markas Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai pembicara 12 sesi hingga disebut sebagai teman yang langka dan membanggakan dari Indonesia. Menyampaikan gagasan segar bagaimana mengelola Kementerian Sosial yang berkemajuan, dan menata sebuah Kota waktu menjadi Wali Kota Surabaya hingga diperhitungkan dan layak diteladani, dicontoh oleh para pemimpin internasional.

Kedua, dalam mengelola Kota Surabaya, Ibu Risma tampil sebagai birokrat yang toleran dan komitmen menjaga keberagaman. Berbagai penghargaan diberikan padanya kala itu. Dalam hal ini, secara mengejutkan, Ibu Risma dinobatkan sebagai birokrat toleran, penjaga keberagaman oleh Pewarna Indonesia pada tahun 2024, yang digelar di Kabupaten Lumajang pekan lalu. Komitmen yang luar biasa dalam menyangga nurani segenap warganya itu, yang mengantarkan Ibu Risma sebagai Wali Kota terbaik ketiga di dunia pada periode pertama memimpin Surabaya.

Ketiga, sifat dan karakter keibuan yang terpancar nyata, begitu melekat pada Ibu Risma saat memimpin sehingga ia juga dianugerahi penghargaan sebagai perempuan yang menginspirasi banyak pemimpin perempuan di Indonesia. Jiwa Ibu Risma terganggu saat menyaksikan masyarakat yang bergulat dengan kemiskinan. Hatinya teriris kala melihat masyarakat yang harus berjuang mati-matian menyekolahkan putra-putrinya. Perasaan Ibu Risma terluka tatkala melihat para calon generasi masa depan terputus sekolah dan harus hidup di kolong jembatan yang kumuh.

Keempat, sejak tahun 1965, Gang Dolly eksis dengan 6 ribuan karyawan di dalamnya. Dari era ke era, masa ke masa, Waki Kota ke Wali Kota, dan Gubernur ke Gubernur, tak satupun yang mampu membuat kebijakan strategis dalam menutup Gang Dolly dan menyiapkan lapangan pekerjaan yang berkesinambungan (sustainable) untuk mereka yang bekerja di sana. Ibu Risma lah yang dicatat oleh sejarah sebagai Wali Kota Surabaya yang menutup Gang Dolly tanpa resistensi.

Tanpa riak yang berarti, dan memimpin langsung proses penutupannya walaupun harus bertaruh nyawa sekalipun karena harus berhadapan dengan birokrasi yang sudah lama ikut menikmati pundi-pundi dan gemerlap-nya Dolly. Bahkan, saat Ibu Risma bertandang ke kawasan Dolly pekan lalu, ia disambut hangat dan dielu-elukan oleh eks karyawan dan anak-anak mereka sebagai dewa penyelamat yang patut dimenangkan dalam kontestasi Pilkada Jawa Timur.

Dalam perspektif kesehatan, penutupan Gang Dolly berkorelasi positif dengan kesehatan masyarakat jangka panjang. Seorang Menteri Kesehatan kenamaan, Siti Fadillah Supari menyebut Ibu Risma sebagai pemimpin yang bekerja dengan sikap dan perbuatan yang terukur di mana menutup Gang Dolly sama dengan turut menjaga kesehatan masyarakat Jawa Timur, bahkan Indonesia. Tidak mudah menutup Dolly tapi Ibu Risma mampu melakukannya.

“Ibu Risma pemimpin yang jujur. Berada di lingkungan yang bersih dan tetap bersih, itu biasa. Namun, tidak untuk Ibu Risma. Walaupun berada dalam lingkungan yang kotor, ia tetap bersih”. Itulah salah satu kesan Ibu Siti Fadilah Supari, anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) medium 2010-2014.

Kemudian, apa sesungguhnya pesan penting Megawati hingga memilih turun gelanggang ke Jatim dalam Pilkada kali ini?

Putri sang proklamator itu menegaskan bahwa, Jawa Timur merupakan Provinsi terbesar kedua, yang memegang laju pergerakan ekonomi kedua pula, dan menjadi penyangga ekonomi bagi Provinsi tidak kurang dari 20 Provinsi, yang secara sumberdaya logistik menggantungkan pada Jawa Timur.

Menurut perempuan satu-satunya yang menolak wacana soal perpanjangan jabatan Presiden itu, sosok Ibu Risma harus di-bersamai karena sangat dibutuhkan oleh masyarakat untuk membangun dan memajukan Jawa Timur. “Mantan Menteri Sosial itu, begitu rigid (terperinci) dalam melakukan pengelolaan keuangan negara dan mengalokasikannya secara tepat guna dan tepat sasaran. Dengan demikian, APBD Jawa Timur dapat dimaksimalkan melalui efektivitas dan efesiensi anggaran,” tegas Ibu Megawati sambil meyakinkan peserta konsolidasi.

Selain itu, kehadiran Ibu Megawati dalam rangka menyambut terjadinya arus balik dukungan pada Ibu Risma, yang dipercaya dan diyakini mampu menyelesaikan masalah-masalah besar di Jawa Timur, seperti kemiskinan ekstrem, khususnya di Madura: Sampang, Bangkalan, dan Sumenep yang kini menempati Kabupaten termiskin di Jawa Timur. Juga, soal disparitas wilayah yang belum merata. Dengan bekal pengalaman yang cukup saat memimpin Kota Surabaya, kemiskinan yang awalnya berada di angka 34 persen, turun drastis menjadi 5,4 persen.

Oleh karena itu, karena strategisnya Jawa Timur, Ibu Megawati mengingatkan dan meminta kepada seluruh kader PDI Perjuangan di Jawa Timur untuk bergabung dengan masyarakat sipil non partai, untuk bergerak bersama, memenangkan Ibu Risma dan Gus Hans. “Ibu Risma telah berhasil membawa Kota Surabaya yang menjadi Ibu Kota Provinsi Jawa Timur ke kancah internasional, dan saatnya membawa Jawa Timur ke tingkat dunia.

“Memenangkan Ibu Risma dan Gus Hans adalah sama dengan memenangkan warga-masyarakat Jawa Timur, yang bersiap menyongsong pemimpin baru dengan harapan baru. Seorang pemimpin/ dengan karakter yang kuat, dan tidak pernah memikirkan dirinya sendiri. Seluruh hidupnya dihibahkan untuk warga Jawa Timur,” tandas Ibu Megawati diiringi tepuk tangan ribuan kader.

Kepada segenap warga Jawa Timur, tanggal 27 November 2024 akan menjadi sejarah baru kepemimpinan yang tidak elitis, dekat dengan masyarakat, ahli bekerja dan tidak ahli mengolah kata, apalagi data kemiskinan, yang digambarkan sebagai angin-angin surga yang melenakan tdalam jangka panjang.

Mari, bergerak bersama dengan mereka yang bahu-membahu menguatkan arus balik dukungan pada Ibu Risma dan Gus Hans. Kesempatan hanya datang satu kali. Salah memilih, menyesal selama 5 tahun. Pilihlah Paslon Gubernur dan Wakil Gubernur, yang berkomitmen pada pencegahan dan pemberantasan korupsi di Jawa Timur: Risma-Gus Hans. (*)
Fa Kini, Advokat dan Legal Consultant Firma Hukum PROGRESIF LAW, Mediator Non Hakim, Lecture, Analis Politik, dan Kolumnis._

Ketua Umum PDI Perjuangan, Ibu Megawati Soekarnoputri memiliki atensi khusus pada Pilkada di pulau Jawa, khususnya Jawa Timur. Pasalnya, selain Jatim dikenal sebagai barometer politik nasional, juga karena adanya gelombang arus balik dukungan masyarakat non partisan pada Risma dan Gus Hans yang kian tak terbendung!

Terbukti, di berbagai Kota dan Kabupaten yang konon menjadi basis lawan politiknya, ribuan warga yang tak berafiliasi dengan partai politik, ber-migrasi. Berbondong berbalik dukungan ke Ibu Risma dan Gus Hans. Itulah alasan utama, mengapa Ibu Mega, biasa disapa, pekan lalu turun gunung ke Jawa Timur. Bertemu para kader struktural yang duduk di kursi legislatif maupun eksekutif, para calon kepala daerah Kabupaten dan Kota serta Provinsi di Hotel ternama di Surabaya.

Alasan Ibu Megawati beranjak dari kawasan Teuku Umar, Jakarta Pusat menyapa kader-kader militan di Jatim, tak lain karena kedekatan dengan Ibu Risma, yang sejak menjabat Wali Kota Surabaya (2010-2020) mencuri perhatian publik, baik di dalam maupun luar negeri. Sosok Risma yang biasa ceplas-ceplos, apa adanya, sederhana, dekat dengan wong cilik, diasosiasikan sebagai pemimpin yang jujur, dan transparan dalam mengelola anggaran. Komitmen memajukan Jawa Timur sudah dibuktikan dengan wajah Kota Pahlawan yang kini bersih dan indah. Tak saja bersih dari sampah yang berserakan, juga praktik korupsi yang biasa terjadi.

Lalu, mengapa warga sipil bergerak mengalihkan dukungan ke Ibu Risma? Bahkan, menjadi fenomena yang cukup menarik karena terjadi sejak 2 pekan menjelang coblosan pada 27 November mendatang. Setidaknya, ada 4 alasan warga non partisan dalam gelombang arus balik dukungan pada Ibu Risma dan Gus Hans. Oleh banyak kalangan, kelima alasan ini menjadi peluang besar bagi Ibu Risma dan Gus Hans untuk memenangkan perhelatan Pilkada Jawa Timur.

Pertama, kegigihan Ibu Risma dalam memimpin jantungnya Jawa Timur dan berhasil membawa Surabaya ke tingkat dunia, membuat Ibu Risma dinobatkan sebagai satu diantara 50 pemimpin dunia, seperti dilansir majalah Forbes. Tak tanggung-tanggung, Ibu Risma mampu mengalahkan prestasi Gubernur Jawa Timur sekalipun. Pada tahun 2024 misalnya, Ibu Risma yang duduk sebagai Menteri Sosial dipercaya untuk tampil di Markas Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai pembicara 12 sesi hingga disebut sebagai teman yang langka dan membanggakan dari Indonesia. Menyampaikan gagasan segar bagaimana mengelola Kementerian Sosial yang berkemajuan, dan menata sebuah Kota waktu menjadi Wali Kota Surabaya hingga diperhitungkan dan layak diteladani, dicontoh oleh para pemimpin internasional.

Kedua, dalam mengelola Kota Surabaya, Ibu Risma tampil sebagai birokrat yang toleran dan komitmen menjaga keberagaman. Berbagai penghargaan diberikan padanya kala itu. Dalam hal ini, secara mengejutkan, Ibu Risma dinobatkan sebagai birokrat toleran, penjaga keberagaman oleh Pewarna Indonesia pada tahun 2024, yang digelar di Kabupaten Lumajang pekan lalu. Komitmen yang luar biasa dalam menyangga nurani segenap warganya itu, yang mengantarkan Ibu Risma sebagai Wali Kota terbaik ketiga di dunia pada periode pertama memimpin Surabaya.

Ketiga, sifat dan karakter keibuan yang terpancar nyata, begitu melekat pada Ibu Risma saat memimpin sehingga ia juga dianugerahi penghargaan sebagai perempuan yang menginspirasi banyak pemimpin perempuan di Indonesia. Jiwa Ibu Risma terganggu saat menyaksikan masyarakat yang bergulat dengan kemiskinan. Hatinya teriris kala melihat masyarakat yang harus berjuang mati-matian menyekolahkan putra-putrinya. Perasaan Ibu Risma terluka tatkala melihat para calon generasi masa depan terputus sekolah dan harus hidup di kolong jembatan yang kumuh.

Keempat, sejak tahun 1965, Gang Dolly eksis dengan 6 ribuan karyawan di dalamnya. Dari era ke era, masa ke masa, Waki Kota ke Wali Kota, dan Gubernur ke Gubernur, tak satupun yang mampu membuat kebijakan strategis dalam menutup Gang Dolly dan menyiapkan lapangan pekerjaan yang berkesinambungan (sustainable) untuk mereka yang bekerja di sana. Ibu Risma lah yang dicatat oleh sejarah sebagai Wali Kota Surabaya yang menutup Gang Dolly tanpa resistensi.

Tanpa riak yang berarti, dan memimpin langsung proses penutupannya walaupun harus bertaruh nyawa sekalipun karena harus berhadapan dengan birokrasi yang sudah lama ikut menikmati pundi-pundi dan gemerlap-nya Dolly. Bahkan, saat Ibu Risma bertandang ke kawasan Dolly pekan lalu, ia disambut hangat dan dielu-elukan oleh eks karyawan dan anak-anak mereka sebagai dewa penyelamat yang patut dimenangkan dalam kontestasi Pilkada Jawa Timur.

Dalam perspektif kesehatan, penutupan Gang Dolly berkorelasi positif dengan kesehatan masyarakat jangka panjang. Seorang Menteri Kesehatan kenamaan, Siti Fadillah Supari menyebut Ibu Risma sebagai pemimpin yang bekerja dengan sikap dan perbuatan yang terukur di mana menutup Gang Dolly sama dengan turut menjaga kesehatan masyarakat Jawa Timur, bahkan Indonesia. Tidak mudah menutup Dolly tapi Ibu Risma mampu melakukannya.

“Ibu Risma pemimpin yang jujur. Berada di lingkungan yang bersih dan tetap bersih, itu biasa. Namun, tidak untuk Ibu Risma. Walaupun berada dalam lingkungan yang kotor, ia tetap bersih”. Itulah salah satu kesan Ibu Siti Fadilah Supari, anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) medium 2010-2014.

Kemudian, apa sesungguhnya pesan penting Ibu Megawati hingga memilih turun gelanggang ke Jatim dalam Pilkada kali ini? Putri sang proklamator itu menegaskan bahwa, Jawa Timur merupakan Provinsi terbesar kedua, yang memegang laju pergerakan ekonomi kedua pula, dan menjadi penyangga ekonomi bagi Provinsi tidak kurang dari 20 Provinsi, yang secara sumberdaya logistik menggantungkan pada Jawa Timur.

Menurut perempuan satu-satunya yang menolak wacana soal perpanjangan jabatan Presiden itu, sosok Ibu Risma harus di-bersamai karena sangat dibutuhkan oleh masyarakat untuk membangun dan memajukan Jawa Timur. “Mantan Menteri Sosial itu, begitu rigid (terperinci) dalam melakukan pengelolaan keuangan negara dan mengalokasikannya secara tepat guna dan tepat sasaran. Dengan demikian, APBD Jawa Timur dapat dimaksimalkan melalui efektivitas dan efesiensi anggaran,” tegas Ibu Megawati sambil meyakinkan peserta konsolidasi.

Selain itu, kehadiran Ibu Megawati dalam rangka menyambut terjadinya arus balik dukungan pada Ibu Risma, yang dipercaya dan diyakini mampu menyelesaikan masalah-masalah besar di Jawa Timur, seperti kemiskinan ekstrem, khususnya di Madura: Sampang, Bangkalan, dan Sumenep yang kini menempati Kabupaten termiskin di Jawa Timur. Juga, soal disparitas wilayah yang belum merata. Dengan bekal pengalaman yang cukup saat memimpin Kota Surabaya, kemiskinan yang awalnya berada di angka 34 persen, turun drastis menjadi 5,4 persen.

Oleh karena itu, karena strategisnya Jawa Timur, Ibu Megawati mengingatkan dan meminta kepada seluruh kader PDI Perjuangan di Jawa Timur untuk bergabung dengan masyarakat sipil non partai, untuk bergerak bersama, memenangkan Ibu Risma dan Gus Hans. “Ibu Risma telah berhasil membawa Kota Surabaya yang menjadi Ibu Kota Provinsi Jawa Timur ke kancah internasional, dan saatnya membawa Jawa Timur ke tingkat dunia.

“Memenangkan Ibu Risma dan Gus Hans adalah sama dengan memenangkan warga-masyarakat Jawa Timur, yang bersiap menyongsong pemimpin baru dengan harapan baru. Seorang pemimpin/ dengan karakter yang kuat, dan tidak pernah memikirkan dirinya sendiri. Seluruh hidupnya dihibahkan untuk warga Jawa Timur,” tandas Ibu Megawati diiringi tepuk tangan ribuan kader.

Kepada segenap warga Jawa Timur, tanggal 27 November 2024 akan menjadi sejarah baru kepemimpinan yang tidak elitis, dekat dengan masyarakat, ahli bekerja dan tidak ahli mengolah kata, apalagi data kemiskinan, yang digambarkan sebagai angin-angin surga yang melenakan tdalam jangka panjang.

Mari, bergerak bersama dengan mereka yang bahu-membahu menguatkan arus balik dukungan pada Ibu Risma dan Gus Hans. Kesempatan hanya datang satu kali. Salah memilih, menyesal selama 5 tahun. Pilihlah Paslon Gubernur dan Wakil Gubernur, yang berkomitmen pada pencegahan dan pemberantasan korupsi di Jawa Timur: Risma-Gus Hans.

Reporter: Johan Sopaheluwakan

Tanggapi Berita Ini