Five in One Pembangunan Perkemahan Tahura, Bumi Panrita Kitta dan Bumi Panrita Lopi

Faktual.Net, Sinjai, Sulsel, Dampak Pembangunan Bumi Perkemahan di Tahura Abdul Latief Sinjai, Desa Batu Belerang, Kecamatan Sinjai Borong, Kabupaten Sinjai sampai saat ini masih menuai Kontroversi. Senin, (18/01/2021)

Dampak yang di suarakan di Bumi Panrinta Kita oleh Aliansi Tahura Mengugat (ATM) keberadaan habitat Flora dan Fauna Sedangkan di Bumi Panrita Lofi oleh Pencinta Alam Panrita Lopi (Papparapi) terkait Aliran Sungai Balangtien sangat di butuhkan di antaranya Pertanian, Petenakan.

Salah satu bentuk penolakan yang masih terus disuarakan di Bumi Panrinta Kita oleh Aliansi Tahura Mengugat (ATM) Sedangnkan di Bumi Panrita Lofi oleh Pencinta Alam Panrita Lopi (Papparapi)

Selain aksi unjuk rasa salah satu bentuk penolakan yang masih terus disuarakan di Bumi Panrinta Kita oleh Aliansi Tahura Mengugat (ATM) dengan terpasangnya sejumlah spanduk yang bertuliskan ” Tolak Bumi Perkemahan Tahura Abdul Latief di Sinjai Aliansi Tahura Menggugat” bertebaran di sudut-sudut kota Sinjai.

Foto

Seperti di depan Rumah Jabatan Sinjai, Lapnas, Tugu Bambu, Taman Topekkong, Jalan Tondong dan Beberapa Tempat Lainnya.

Wahyu, salah satu pengguna jalan mengatakan, spanduk-spanduk yang tersebar di sejumlah ruas jalan sinjai kota merupakan bentuk penyampaian aspirasi terhadap pemerintah  terkait suatu masalah yang ada di daerah khususnya di kabupaten Sinjai.

” Wajar-Wajar saja ketika Spanduk penolakan Pembangunan bumi perkemahan itu terpasang sebab ini masalah lama yang semestinya sudah diselesaikan Oleh pemerintah tapi nyatanya pemerintah daerah hanya  diam saja dalam menanggapinya terlebih ini menyangkut masalah lingkungan yang menjadi tanggung jawab kita bersama, “Ungkapnya.

Baca Juga :  Buka Puasa Bersama Wartawan, Kadiv Humas Bicara Pentingnya Peran Media Kawal Agenda Nasional

Lain Halnya, Pencinta Alam Panrita Lopi (Papparapi) herry menyurakan dampaknya dihilir terkait Aliran Sungai Balangtien, baik di Musim hujan maupun di kemarau,

“Kami dari Bulukumba atau di kenal Bumi Panrita Lopi khususnya Di daerah Hilir, Disebabkan karna makin berkurangnya debit Air karna penggundulan hutan apabila jika Pemda masih terus melanjutkan pengrusakan hutan di Tahura maka kami tidak akan pernah diam dan terus akan melakukan perlawanan bersama semua teman teman aktivis lingkungan”.tegasnya

Menurutnya di kabupaten Bulukumba atau Bumi Panrita Lopi, dampak pembangunan Bumi perkemahaan Tahura Abd Latief, dirasakan Lima Kecamatan.

Foto

“Kami dari Bulukumba khususnya Di daerah Hilir pasti merasakan dampaknya Seperti Aliran Irigasi Pertanian, di Lima Kecamatan yakni Kecamatan Kindang, Kecamatan Bulukumpa, Kecamatan Rialau Ale, Kecamatan Ujung Bulu, dan Kecamatan Ujung Loe”.Ucap

Ditambahka, dampak Hutan adalah pengendali sumber Air apalagi Hutan di Tahura di kakinya adalah hulu sungai Balantieng jika hutan terus di gunduli maka debet Air semakin berkurang dan rawang lonsor,

Dicontohkan beberapa kecamatan banyak petani yang gagal panen karena kurangnya debet Air dari aliran sungai Balantieng. Karna sungai Balantieng adalah Sumber pengairan ke pertanian di hilir.

Sedangkan di langsir yang bersumber media online, pihak Sekelompok Masyarakat Desa Batu Belerang, Kecamatan Sinjai Borong, Kabupaten Sinjai mendatangi Kantor Bupati Sinjai, mereka langsung bertemu dengan Sekretaris Daerah (Sekda) Sinjai Akbar Mukmin di Ruang kerjanya. Senin, (16/11/2020).

Baca Juga :  PWI Kabupaten Gowa Buka Puasa Bersama Dirangkaikan Dengan Berbagai Takjil Kepada Para Pengguna Jalan
Foto:Takwa Sj.

Mereka mengaku mendengar informasi jika Tahura (Taman Hutan Rakyat) Abdul Latif akan ditutup, padahal menurutnya selama ini petekonomian Masyarakat disana mulai meningkat

Salah satu Warga Desa Batu Belerang, Arman, menuturkan 90 persen Masyarakat disana sangat mendukung pembangunan yang dilaksanakan di Tahura.
Dan bahkan Warga ikut membantu penghijauan dengan bergotong royong setiap Dusun.

“Kami juga heran ada segelintir orang yang menolak pembangunan ini, kami menegaskan bahwa tidak boleh ada penutupan pembangunan di Tahura. Perekonomian Masyarakat disana mulai bagus, karena mereka ikut berjualan jika ada pengunjung, infrastruktur juga mulai bagus contohnya Jalan yang mulai dibangun Pemda Sinjai.” tegasnya diamini sejumlah Warga.

Sementara itu, Sekda Sinjai, Akbar Mukmin, mengatakan jika memang sekelompok masyarakat dari batu belerang termasuk tokoh masyarakat meminta karena ada informasi mereka dengar di luar bahwa Tahura akan ditutup.

Sedangkan mereka berharap jangan ditutup. Karena dapat mempengaruhi pendapatannya dan mereka merasa nyaman kalau Tahura dibuka.

“Maka dibukanya Tahura, maka perhatian pemerintah sangat besar dengan membangun fasilitas. Sehingga mereka pesimis ketika tahura ditutup. Yang hadir ini menginginkan Tahura dibuka. Kalau tidak masyarakat akan susah sendiri.” tutupnya.

Editor:Dzul

Tanggapi Berita Ini